kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.755   0,00   0,00%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Reksadana Ashmore Dana USD Nusantara Unggul di tengah gejolak perang dagang


Kamis, 02 Januari 2020 / 19:51 WIB
Reksadana Ashmore Dana USD Nusantara Unggul di tengah gejolak perang dagang
ILUSTRASI. Ashmore Dana USD Nusantara berhasil tumbuh 13,72% dalam satu tahun terakhir.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gejolak geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan China yang menuai puncak di tahun lalu, ternyata memberi sentimen positif bagi produk reksadana pendapatan tetap berdenominasi dolar AS.

Salah satu reksadana yang menikmati katalis positif tersebut adalah reksadana Ashmore Dana USD Nusantara. Berdasarkan data Infovesta Utama, per 30 Desember 2019, kinerja reksadana tersebut berhasil tumbuh 13,72% dalam satu tahun terakhir. Di periode yang sama, sebagai perbandingan kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap yang tercermin dalam Infovesta Fixed Income Fund Index tumbuh 9%.

Head of Sales and Distribution PT Ashmore Asset Management Indonesia, Steven Satya Yudha mengatakan tensi perang dagang AS dan China yang sempat meningkat di tahun lalu membuat investor cenderung memburu aset safe haven, seperti obligasi AS, US Treasury. Hal ini berdampak pada menurunnya yield US Treasury yang akhirnya juga membuat yield obligasi pemerintah Indonesia dengan denominasi dollar AS yang biasa disebut INDON ikut turun dan harganya naik.

Baca Juga: Lima perusahaan akan IPO pada Januari 2020, mana yang menarik?

Kinerja reksadana Ashmore Dana USD Nusantara pun menjulang setelah Stevan memasang strategi portofolio yang fokus pada INDON dengan durasi panjang. "Kami fokus di INDON dengan tenor 15-30 tahun," kata Steven, Kamis (2/1).

Namun, strategi tersebut tidak akan Steven kembali gunakan untuk tahun ini. Melihat perkembangan tensi perang dagang AS dan China memudar, Steven memproyeksikan pelaku pasar akan kembali memburu aset berisiko.

"Produk reksadana denominasi dollar AS terkhusus pendapatan tetap jauh lebih positif kinerjanya ketika kondisi pasar keuangan bergejolak, membaliknya investor memburu aset berisiko membuat kami harus menyeimbangkan portofolio dengan INDON bertenor lebih pendek," kata Steven.

Alhasil, Steven memasang target indikatif kinerja yang lebih konservatif, yaitu di 5%-8% di sepanjang tahun ini.

Baca Juga: Ditawarkan mulai besok, harga IPO Ashmore Asset Management Rp 1.900 per saham

Saat ini, jumlah dana kelolaan Ashmore Dana USD Nusantara per Desember 2019 mencapai US$ 77 juta. Steven menargetkan target dana kelolaan reksadana ini bisa sentuh US$ 100 juta di akhir 2020.

Steven optimistis, adanya fasilitas pembagian dividen setiap 6 bulan di reksadana ini bisa tetap menarik investor untuk membeli reksadana ini.

Sekitar kuartal II 2020, Ashmore AM berencana akan menambah beberapa produk reksadana. Steven mengatakan saat ini tim sedang menyiapkan produk reksadana campuran baru dan reksadana syariah.

Baca Juga: Ini lima reksadana pendapatan tetap dolar dengan return tertinggi

"Sebelumnya, Ashmore belum memiliki reksadana berjenis syariah, kami baru mempersiapkannya di tahun ini," kata Stevan.

Manajer investasi yang mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak 2012 ini, hingga saat ini baru memiliki tujuh produk reksadana yang terdiri dari reksadana berjenis saham, pendapatan tetap dan pasar uang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×