Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Sepanjang tahun 2014 kinerja PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) masih melambat. Terlihat dari pendapatan perusahaan yang turun 10,9% menjadi US$ 1,94 miliar, dibandingkan tahun 2013 yang sebesar US$ 2,17 miliar.
Turunnya pendapatan itu pun diikuti dengan penurunan laba bersih. Tercatat di tahun lalu ITMG membukukan laba bersih US$ 200,21 juta atau turun 2,3% dari tahun sebelumnya yang sebesar US$ 204,98 juta.
Analis Panin Sekuritas, Fajar Indra dalam risetnya pada 23 Februari 2015 menulis, volume penjualan ITMG cenderung flat pada level 29,1 juta ton. Bahkan ia memperkirakan jika volume penjualan yang turun itu akan sulit untuk tumbuh ke depannya.
Kendati demikian, Fajar menyebutkan, ITMG sendiri berhasil menurunkan biaya kas 3,4% yoy menjadi US$ 57,9 per ton. Hasil itu seiring dengan adanya penurunan rasio kupas menjadi 10,1 kali dari sebelumnya 11,1 kali yang dilakukan perusahaan di tahun lalu.
Sementara Analis Ciptadana Sekuritas Andre Varian berpendapat, penurunan kinerja ITMG di tahun lalu didorong oleh harga jual rata-rata yang menurun menjadi US$ 62,6 per ton pada kuartal IV-2014 dari US$ 67,1 per ton di kuartal sebelumnya. Kendati demikian, penurunan tersebut juga dibarengi dengan biaya produksi yang menurun menjadi US$ 56,5 per ton di 2015.
Dari sisi produksi batubara sendiri, saat ini terlihat ITMG lebih mengandalkan Indominco untuk mengimbangi produksi di Trubaindo dan Td. Mayang. Adapun selama tahun lalu, Indominco tercatat telah berkontribusi 53% terhadap produksi perusahaan. Jumlah tersebut naik dari tahun 2013 yang berkontribusi sebesar 51%.
Andre memprediksi di tahun ini produksi ITMG akan stagnan di 29 juta ton. Hal itu pun dikarenakan adanya rasio kupas yang direncanakan lebih rendah dan dari permintaan luar negeri juga cenderung sedikit.
Berdasarkan catatan perusahaan, memang di 2014 penjualan ke kawasan Eropa dan Asia Timur seperti Taiwan, China, Hongkong dan Korea kurang memuaskan. Terhitung, penjualan total di area tersebut hanya sebesar US$ 677,59 juta atau turun 18,85% year on year (yoy). Padahal, negara-negara tersebut merupakan kontributor utama terhadap penjualan ITMG.
Di tahun ini ITMG masih akan merencanakan penurunkan rasio kupasnya menjadi di bawah 9.0 kali. Fajar berpendapat hal itu dilakukan demi efisiensi untuk penghematan biaya. Namun menurutnya, kebijakan itu akan mengurangi cadangan batu bara yang ekonomis untuk ditambang kedepannya.
"Dengan demikian, kami memperkirakan penurunan rasio kupas itu bisa menghemat biaya kas perusahaan hingga US$ 2 per ton," paparnya.
Tapi, di sisi lain, perusahaan juga berupaya untuk menegosiasi biaya penambangan kepada kontraktornya, terutama kepada PT Pamapersada sebesar 5-10%. Ini seiring dengan menurunnya harga minyak dan batubara dunia.
Mengenai penuruan harga minyak dunia sendiri, menurut analis Danareksa Sekuritas Steffanus Darmagiri dalam risetnya pada 25 Februari 2015 mengatakan hal itu justru akan menguntungkan perusahaan. Pasalnya, porsi bahan bakar terbilang cukup besar yakni 30% dari biaya pertambangan dan 25% dari total beban pokok penjualan.
Apalagi dengan ditambah penurunan rasio kupas, ia memperkirakan cash cost ITMG dapat menurun US$ 49-US$ 50 per ton di 2015 dari US$ 57 per ton di 2014.
Berbeda dengan Steffanus, Fajar mengira penurunan harga minyak dunia ini justru akan berdampak negatif bagi purasahaan. Terlebih pada pengurangan biaya kas sebesar US$ 4 per ton di tahun ini. "Hal ini disebabkan minyak dunia berkontribusi pada 20-25% dari total biaya kas ITMG," terangnya.
Andre bilang, di tahun ini masih menjadi tahun tantangan bagi perusahaan batubara. Karena harga yang masih belum menadakan adanya kenaikan. "Terjadinya oversupply dan penurunan pertumbuhan coal dari China dan Eropa yang menyebabkan harga batubara sulit naik," katanya.
Apalagi, tren harga minyak yang masih turun menambah sentimen negatif bagi harga batubara. Maka dari itu, ia memperkirakan konsumsi domestik hanya akan menyerap sekitar 16-18% total produksi. Sedangkan dari proyek pemerintah pada pembangkit listrik masih belum bisa diandalkan. Terlihat dari perkembangannya yang cenderung melambat.
Andre pun memperkirakan penurunan yang terjadi di tahun lalu masih akan berlanjut di tahun ini. "Kuartal I-2015 akan turun signifikan yoy," tambahnya. Dengan begitu ia menduga pendapatan tahun ini akan menurun menjadi US$ 1,83 miliar dengan penurunan laba bersih mencapai 26,58% dari tahun lalu yakni US$ 158 juta.
Hal yang sama juga diproyeksikan oleh Steffanus dengan pendapatan US$ 1,78 miliar dan laba bersih US$ 152 juta.
Andre merekomendasikan jual di harga Rp 16.500, Fajar merekomendasikan netral di harga Rp 18.200, dan Steffanus merekomendasikan hold di Rp 18.500.
Rabu (25/2) harga saham ITMG stagnan di level Rp 16.700 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News