Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham terombang-ambing sentimen eksternal. Meski mampu ditutup menguat 1,71% ke posisi 6.678,23 pada Jumat (17/3), tapi secara kumulatif Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 1,29% sepanjang pekan lalu.
Fluktuasi pasar saham ditaksir bakal berlanjut dalam sepekan ke depan, merespons kebijakan suku bunga The Fed. Bank sentral Amerika Serikat (AS) tersebut akan menggelar pertemuan Federal Open Market Committe (FOMC) pada tengah pekan nanti, 21 Maret - 22 Maret 2023.
Financial Expert Ajaib Sekuritas Asia, Chisty Maryani, memperkirakan kenaikan suku bunga acuan The Fed pada FOMC bulan ini akan lebih moderat dibandingkan lonjakan pada tahun lalu. Chisty memproyeksikan The Fed akan mengerek suku bunga acuan sebanyak 25 basis points (bps) ke posisi 4,75% - 5%.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Technical Rebound pada Senin (20/3), Cek Saham Rekomendasi Analis
"Ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga The Fed ini akan positif jika kenaikan sesuai konsensus yaitu 25 bps. Optimisme juga akan terasa oleh para pelaku pasar karena kenaikan suku bunga di AS sejauh ini dinilai mampu meredam inflasi," ujar Chisty kepada Kontan.co.id, Minggu (19/3).
CEO Edvisor.id Praska Putrantyo punya proyeksi yang sama, The Fed akan mendongkrak suku bunga cuan sebesar 25 bps. Sejumlah kondisi ekonomi di Negeri Paman Sam bakal menjadi pertimbangan The Fed.
Pertama, inflasi tahunan yang mulai melambat. Meski masih di atas target, tapi inflasi AS sudah ada di level 6% pada Februari 2023. Kedua, kondisi sektor perbankan AS yang sedang bergejolak pasca ambruknya sejumlah bank seperti Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate, dan Signature.
Meski sudah ada penanganan, tapi kolaps sejumlah bank di AS membawa sentimen buruk terhadap industri keuangan, seperti masalah Credit Suisse.
Ketiga, The Fed juga mempertimbangkan kondisi pasar tenaga kerja AS yang masih cukup baik menopang kenaikan suku bunga acuan, dengan besaran yang terbatas di 25 bps.
Respons pasar bakal berbeda jika The Fed mengerek suku bunga di atas ekspektasi. Chisty melihat jika pada FOMC nanti terjadi lonjakan sebanyak 50 bps, maka pasar berpeluang besar merespons secara negatif.
Dampak dari kebijakan moneter The Fed yang sangat ketat memicu kekhawatiran pasar akan potensi melambatnya ekonomi AS di tengah gejolak pasar. "Tercermin dari terjadinya masalah likuiditas di beberapa perbankan AS akibat kenaikan suku bunga acuan yang sangat ketat," imbuh Chisty.
Baca Juga: Pertemuan The Fed Akan Jadi Penggerak IHSG
Sementara itu, Investment Specialist Syailendra Capital, Gelbi Amoretta, punya analisa berbeda. Dia memproyeksikan The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps ke level 5% pada tahun ini.
Namun mempertimbangkan dinamika saat ini, Gelbi melihat peluang yang cukup besar The Fed baru akan mengerek suku bunga pada pertemuan Mei nanti. Sedangkan dalam FOMC bulan ini, Gelbi berekspektasi The Fed bakal menahan suku bunga pada level yang sama.
"Apabila kebijakan The Fed tidak sesuai dengan ekspektasi, bisa menjadi kabar buruk bagi kelas aset berisiko dan bisa membuat IHSG lanjut terkoreksi," imbuh Gelbi.
Arah IHSG dan Rekomendasi Saham
Gelbi melanjutkan, kebijakan suku bunga acuan The Fed memang menjadi katalis yang mesti diperhatikan pelaku pasar. Selain itu, pada pekan depan para investor juga perlu menelaah kelanjutan dari efek pailit tiga bank di AS (SVB, Silvergate, dan Signature).
Jika terjadi kekurangan likuiditas global, dolar AS dapat terapresiasi terhadap semua mata uang, termasuk rupiah.
"Secara tidak langsung, krisis likuiditas dapat berdampak ke pasar keuangan Indonesia juga melalui berkurangnya risk appetite terhadap emerging markets, sejalan dengan meningkatnya risiko krisis finansial," terang Gelbi.
Chisty menimpali, dalam time frame daily, IHSG membentuk morning star candle yang merupakan sinyal bullish. Sehingga IHSG masih menyimpan potensi untuk pembalikan arah, setidaknya pada awal pekan.
"Selain itu, indikator momentum juga menunjukkan saat ini IHSG sudah pada area oversold-nya," jelas Chisty.
Hanya saja, peluang bagi IHSG untuk bergerak melemah terbatas juga masih terbuka pada pekan depan. Chisty memperkirakan area support IHSG ada di posisi 6.500, sedangkan level resistance berpeluang menuju ke 6.850.
Baca Juga: BBCA dan BMRI Terbesar, Saham-Saham Ini Paling Banyak Dijual Asing Selama Sepekan
Praska turut melihat IHSG saat ini sudah dalam kondisi oversold (jenuh jual). Secara tren pergerakan mingguan, IHSG berpeluang rebound dengan rentang 6.605 - 6.816.
Skenario rebound terjadi jika kebijakan The Fed sesuai ekspektasi pasar. Tapi jika tetap naik lebih dari 25 bps, maka IHSG berpotensi terkoreksi kembali dengan target support di 6.530.
Mempertimbangkan situasi saat ini, Praska melihat investor bisa menerapkan strategi buy on weakness dan average down. Terutama jika terjadi koreksi pada saham-saham berikut ini: sektor industri PT Astra International Tbk (ASII), sektor energi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).
Di sektor barang konsumsi saham pilihannya adalah PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), emiten jasa dan ritel PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), dan komoditas logam PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Baca Juga: Kocok Ulang Indeks FTSE Berlaku, Belum Ada Dampak Pergerakan Penghuni Baru
Sedangkan Chisty memiliki empat saham jagoan untuk pekan depan. meliputi:
1. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN)
- Rekomendasi: buy on weakness
- Support: Rp 4.930
- Resistance: Rp 5.380
- Cutloss : < Rp 4.800.
2. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT)
- Rekomendasi: Buy
- Support: Rp 2.820
- Resistance: Rp 3.000
- Cutloss : < Rp 2.770.
3. PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR)
- Rekomendasi: Buy
- Support: Rp 3.090
- Resistance: Rp 3.250
- Cutloss: < Rp 3.030
4. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)
- Rekomendasi: Buy
- Support: Rp 3.850
- Resistance: Rp 4.140
- Cutloss : < Rp 3.780.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News