Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham Asia sore ini, Selasa (7/3), ditutup beragam (mixed) dengan kecenderungan naik. Tim riset Phillip Sekuritas Indonesia menilai, investor mencerna rilis sejumlah data ekonomi regional dan menjelang paparan ketua bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve yakni Jerome Powell di depan Senat (DPD) AS nanti malam.
Surplus Neraca Perdagangan Australia turun menjadi A$ 11,7 miliar di bulan Januari 2023 dari sebelumnya AU$ 13 miliar di bulan Desember 2022. Angka ini berada di bawah estimasi pasar yang sebesar A$ 12,5 miliar.
Ini merupakan surplus neraca perdagangan terkecil sejak bulan Agustus 2022, karena ekspor hanya tumbuh 1,4% secara month-on-month (MoM), lebih rendah dari pertumbuhan impor yang mencapai 4,6% MoM.
Baca Juga: IHSG Melemah ke 6.766 Selasa (7/3), BBRI, BMRI, GOTO Paling Banyak Net Buy Asing
Surplus Neraca Perdagangan China naik menjadi US$ 116.9 miliar selama periode Januari–Februari 2023 dari US$ 109.7 miliar pada periode yang sama tahun lalu dan mengalahkan estimasi pasar yang sebesar US$ 81.8 miliar.
Ekspor turun 6,8% year-on-year (YoY) sementara impor turun lebih cepat lagi, 10,2% Y/Y di tengah perlambatan ekonomi global dan pelemahan permintaan domestik. Surplus Neraca Perdagangan China dengan AS mencapai US$ 41,29 miliar.
Bank Sentral Australia atau Reserve Bank of Australia (RBA) menaikkan suku bunga acuan Cash Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 3,6%, tertinggi sejak Mei 2012. Ini adalah kenaikan suku bunga yang ke sepuluh sejak Mei 2022 sehingga membawa total kenaikan suku bunga mencapai 350 bps, paling agresif sejak 1989.
Baca Juga: Kompak Menghijau, Inilah Harga Saham GOTO & BBRI di Penutupan Bursa Selasa (7/2)
RBA memberi indikasi hampir selesai memperketat kebijakan moneter seiring dengan melambatnya belanja konsumen serta meredupnya risiko bahwa tingkat inflasi dan lonjakan kenaikan upah saling mengejar satu sama lain.
Dari dalam negeri, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2023 mencapai US$ 140,3 miliar, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Januari 2023 sebesar US$ 139,4 miliar. Peningkatan posisi cadangan devisa antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News