Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Mark Dynamics Tbk (MARK) berpotensi mendapat berkah dari kenaikan tarif AS untuk sarung tangan China. Upaya efisiensi emiten produsen sarung tangan ini turut mendorong marjin lebih kuat.
Analis Panin Sekuritas Sarkia Adelia memandang, kinerja MARK bakal didukung pulihnya permintaan sarung tangan global di tahun 2025. Potensi kenaikan biaya jual dan digenjotnya tingkat produksi bisa membawa kinerja MARK kian sehat.
Sarkia memaparkan bahwa tren permintaan sarung tangan global telah pulih. Hal itu sebagaimana proyeksi Malaysia Rubber Glove Manufacturers Association (MARGMA) memperkirakan sarung tangan global akan tumbuh pada CAGR 10% yoy pada 2023-2027, mencapai 450 miliar unit di 2027 dibandingkan posisi 371 miliar unit di 2023.
Baca Juga: Ada Peluang Genjot Pasar Ekspor, Tengok Rekomendasi Saham Mark Dynamics (MARK)
Mayoritas permintaan akan berasal dari sektor kesehatan, khususnya di negara maju dan meningkatnya kesadaran kesehatan pasca-pandemi Covid-19. Saat ini, 37% importir sarung tangan karet berasal dari Amerika Utara.
Oleh karena itu, Sarkia menilai bahwa dengan adanya kenaikan tarif impor Amerika Serikat (AS) untuk sarung tangan medis asal China menjadi 20% di 2025 dan 100% di 2026, maka situasi ini akan menguntungkan MARK. Sebab, kenaikan tarif impor untuk China berpotensi memicu pergeseran rantai pasokan.
‘’Kenaikan tarif AS untuk China membuka peluang bagi pemasok alternatif seperti Malaysia dan Thailand yang merupakan klien terbesar MARK,’’ ujar Sarkia dalam riset 20 Desember 2024 lalu.
Di samping itu, Sarkia menyoroti, stok sarung tangan telah memasuki masa kedaluwarsa di semester I 2024 hingga kuartal I 2025. Ini merupakan kelebihan produksi pada 2021-2022 dengan masa simpan (lifecyle) sekitar 2-3 tahun.
Baca Juga: Optimalkan Kinerja, Mark Dynamics Indonesia (MARK) Genjot Penjualan Ekspor di 2025
Produk sarung tangan yang sudah kadaluwarsa tersebut artinya akan mendorong permintaan baru, sehingga menjadi katalis positif jangka pendek bagi industri. Hal ini terlihat pada perusahaan sarung tangan besar seperti Hartalega, Top Gloves dan Sritrang Gloves yang mulai meningkatkan utilisasi produksi diatas 70%.
‘’Kami optimistis kondisi ini berdampak positif pada MARK yang memiliki posisi yang strategis dengan pangsa pasar 40% untuk kapasitas cetakan sarung tangan global,’’ sebut Sarkia.