Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK) berpotensi diuntungkan perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China. Tarif yang lebih mahal, khususnya pada sarung tangan medis buatan China, berpeluang menggeser permintaan ke pasar Malaysia dan Indonesia.
VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi menilai, kenaikan tarif dari AS berpotensi mendorong China mulai mengalihkan pengiriman melalui rantai pasokan dari luar negeri. Dengan kondisi itu, maka membuka kesempatan untuk negara lain yang menjadi eksportir bahan medis seperti Malaysia dan Indonesia.
Adapun di tahun 2024, pengenaan kenaikan tarif dari 7,5% menjadi 25% untuk impor sarung tangan dari China. Di tahun 2025, tarif kembali meningkat menjadi 50% untuk impor sarung tangan karet dari Negeri Panda tersebut.
‘’Kami berpandangan dengan kenaikan tarif dari AS ini berpotensi membuat China mulai mengalihkan pengiriman melalui rantai pasokan dari luar negeri melalui Indonesia,’’ ungkap Audi kepada Kontan.co.id, Selasa (11/2).
Baca Juga: Optimalkan Kinerja, Mark Dynamics Indonesia (MARK) Genjot Penjualan Ekspor di 2025
Menurut Audi, MARK memiliki keunggulan sebagai produsen cetakan sarung tangan. Dengan harga sarung tangan yang lebih mahal di China, maka permintaan terhadap produk MARK diharapkan meningkat terutama dari Malaysia.
Malaysia sendiri telah menjadi pelanggan utama Mark Dynamics di pasar luar negeri. Per September 2024, terjadi kenaikan nilai penjualan ekspor mencapai 90% atau senilai Rp 582 miliar dari wilayah Asia.
Permintaan tinggi
Berdasarkan data dari Grand View Research, pasar sarung tangan sekali pakai (disposable gloves) diperkirakan akan mencapai US$ 16,77 miliar pada tahun 2030 dengan CAGR sebesar 8,4% dari tahun 2024 hingga 2030.
Oleh karena itu, Kiwoom Sekuritas berpandangan bahwa permintaan sarung tangan masih terhitung tinggi, khususnya AS dengan kebutuhan sebesar 37% di tahun 2023. Peluang permintaan yang masih tinggi ini mencerminkan prospek MARK tetap optimis.
Audi melihat, adanya perubahan masa simpan sarung tangan sekali pakai atau disebut shelf life disposable globes yang lebih panjang mungkin berdampak pada turnover yang melambat. Akan tetapi, hingga saat ini belum ada perubahan regulasi yang signifikan.
Analis Buana Capital Sekuritas Daniel Tay mengamati, upaya riset dan pengembangan (R&D) MARK saat ini difokuskan pada pembuatan sarung tangan yang lebih ringan. Produk ini menawarkan penghematan biaya energi yang signifikan sebesar US$ 0,1 per 1000 pcs bagi produsen sarung tangan.
MARK mengantisipasi, produksi massal dan adopsi cetakan sarung tangan yang lebih ringan ini memungkinkan mereka untuk memperluas pangsa pasar dari 40% saat ini menjadi 60% selama 4 tahun ke depan.
‘’Produk inovatif ini diharapkan mencapai premi Average Selling Price (ASP) hingga 20% dibandingkan dengan cetakan sarung tangan saat ini,’’ tulis Daniel dalam riset 7 Februari 2025.
Terlebih lagi, Daniel melihat bahwa Mark Dynamics akan meningkatkan produksi pada tahun fiskal 2025, dengan target untuk meningkatkan utilisasi kapasitas dari 65% menjadi 70%. Adanya kenaikan produksi membuat MARK percaya diri untuk memproyeksi volume penjualannya tumbuh sekitar 10% dari tahun ke tahun pada tahun fiskal 2025.
Namun tetap perlu diwaspadai masalah pasokan gas baru-baru ini yang tidak mencukupi, berpotensi melemahkan kinerja MARK. Penting juga untuk memperhitungkan potensi risiko, termasuk permintaan sarung tangan sekali pakai global yang lebih lemah dari yang diharapkan.
Baca Juga: Mark Dynamics Indonesia (MARK) Dorong Penjualan Ekspor di 2025
Rekomendasi saham
Buana Capital memproyeksi laba MARK untuk tahun fiskal 2024, tumbuh sekitar 85% yoy menjadi Rp 288 miliar. Angka ini sedikit di bawah perkiraan awal sebesar 93% karena adanya penundaan pengiriman pada bulan Desember 2024.
Gangguan pasokan gas selama seminggu pada akhir bulan November 2024 telah menghambat pengiriman MARK. Meskipun demikian, permintaan yang kuat dari pembuat sarung tangan setelah normalisasi COVID-19 terus mendorong pertumbuhan yang kuat.
Daniel mempertahankan rekomendasi buy untuk saham MARK, namun dengan target harga lebih rendah sebesar Rp 1.350 per saham. Sedangkan, Audi menyarankan trading buy saham MARK dengan target harga sebesar Rp 1.100 per saham.
Selanjutnya: Menakar Dampak Efisiensi Anggaran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Menarik Dibaca: 5 Jus untuk Menurunkan Kolesterol Lebih Cepat, Minum Secara Teratur!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News