Reporter: Nadya Zahira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Harum Energi Tbk (HRUM) berpotensi masih tertekan tahun ini. Meski ada potensi kenaikan volume produksi dan penjualan, harga batubara tahun ini diprediksikan lebih rendah ketimbang tahun lalu.
“Penurunan kinerja HRUM tentunya juga disebabkan karena harga batubara di tahun 2024 yang masih ada peluang tetap tinggi, tapi masih diperkirakan tetap lebih rendah jika dibandingkan pada tahun 2023,” kata Analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas kepada Kontan.co.id, Senin (19/2).
Junior Research Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas Arinda Izzaty Hafiya memperkirakan harga batubara akan stabil di kisaran US$ 100 per ton di tahun 2024. Hal ini terjadi akibat mulai seimbangnya supply dan demand. Terlebih ekspor terbesar HRUM yaitu Tiongkok (56% dari total penjualan) juga mengalami peningkatan produksi batubara.
“Penurunan produksi baja di Tiongkok akibat pasar properti yang lesu juga menyebabkan permintaan batubara tidak setinggi sebelumnya,” ujar Arinda.
Baca Juga: Euforia Pilpres Perlahan Meredup, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini
Pada sembilan bulan pertama tahun lalu, Harum Energy mencatat penurunan pendapatan 5,9% secara tahunan menjadi Rp 9,71 triliun dari sebelumnya Rp 10,32 triliun. Penurunan penjualan ini disebabkan oleh penurunan harga jual rata-rata atawa average selling price (ASP) sebesar 33,2% yang sejalan dengan harga batubara global.
Penurunan harga ini diimbangi oleh peningkatan volume penjualan batubara Harum Energy sebesar 37,5% YoY. Peningkatan terjadi terutama karena kenaikan ekspor batubara ke Tiongkok.
Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Axell Ebenhaezer mengatakan bahwa produksi batubara HRUM meningkat 42% di periode Januari-September 2023 menjadi 5,4 juta ton dari periode yang sama tahun sebelumnya 3,8 juta ton.
“Peningkatan produksi ini didukung oleh cuaca kondusif selama kuartal ini,” ungkap Axell dalam 30 Januari 2024.
Baca Juga: Ciptadana Sekuritas Kerek Target IHSG Tahun Ini, Saham-Saham Berikut Bisa Dilirik
Sedangkan biaya tunai produksi batubara per ton meningkat 4,4% secara kuartalan di kuartal ketiga. Peningkatan ini terjadi karena biaya penyingkiran lapisan tanah penutup yang lebih tinggi akibat peningkatan strip ratio dan biaya bahan bakar.
Namun, biaya tunai per ton secara keseluruhan turun 20,6% YoY di periode Januari-September 2023. Penurunan ini karena ketentuan DMO yang lebih rendah, harga bahan bakar rata-rata yang lebih rendah, dan biaya royalti yang lebih rendah.
Sukarno menuturkan bahwa apabila harga saham HRUM kembali menguji support Rp 1.120, maka harga diperkirakan akan melanjutkan ke support Rp 1.075. Jika tembus lagi, harga saham HRUM lanjut downtrend ke support selanjutnya di Rp 955–Rp 1.000.
“Sedangkan untuk skenario menguat dalam minor trend harga bisa menguat ke resistance terdekat di Rp 1.220–Rp 1.240,” kata dia.
Baca Juga: Rajin Ekspansi ke Bisnis Nikel, Ini Prospek dan Rekomendasi Saham Harum Energy (HRUM)
Sukarno memprediksi dalam jangka panjang, HRUM memiliki peluang untuk meningkatkan kinerjanya, seiring strategi diversifikasi ke bisnis nikel yang nantinya akan berkontribusi ke pendapatan.
Sukarno merekomendasikan hold untuk saham HRUM dengan target harga Rp 1.240 per saham. Arinda merekomendasikan buy untuk saham HRUM dengan target harga Rp 1.765 per saham untuk jangka pendek. Axell merekomendasikan buy untuk saham HRUM dengan target harga di Rp 1.600 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News