Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
Investment Analyst Stockbit Hendriko Gani mengitung jika manajemen ADRO memutuskan untuk membagikan dividen dengan batas maksimum sebesar US$ 2,6 miliar, maka jumlah dividen setara dengan Rp 1.359 per saham. Nilai ini dihitung berdasarkan asumsi kurs Rp 15.898 per dolar AS.
Jumlah tersebut mengindikasikan yield sekitar 35,6% jika diukur berdasarkan harga penutupan saham ADRO per Jumat (15/11) di level Rp 3.920 per saham.
"Berdasarkan analisis skenario kami, pemegang saham ADRO akan mempunyai probabilitas lebih besar untuk untung jika menggunakan dividen guna menebus AADI," ungkap Gani.
Hanya saja, harga ADRO justru merosot 5,61% ke level Rp 3.700 per saham pada Senin (18/11).
Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) Menanti Keputusan MIP Batubara
Pengamat Pasar Modal & Founder WH Project, William Hartanto melihat penurunan harga saham setelah keputusan RUPSLB umum terjadi sebagai aksi sell on fact.
"Sentimen sudah menjadi realita," kata William kepada Kontan.co.id, Senin (18/11).
Praktisi Pasar Modal & Founder Warkop Saham Raden Bagus Bima sepakat, penurunan harga ADRO karena hasil dari RUPSLB sudah priced in atau sesuai dengan perkiraan dan tidak ada informasi baru yang mengejutkan bagi investor.
Nilai dividen jumbo juga sudah dibarengi penguatan harga saham ADRO secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir.
"Sehingga sebagian investor kemungkinan menggunakan momentum ini untuk mengambil capital gain untuk menghindari dividen trap yang kemungkinan terjadi," kata Bima.
Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) Gelar RUPSLB, Minta Restu Bagi Dividen Jumbo hingga Ubah Nama
Meski begitu, Bima memandang tambahan dividen dengan nilai yang jumbo bisa menarik minat trader jangka pendek.
Dus, harga saham ADRO berpotensi mengalami kenaikan jangka pendek menjelang cum-date. Namun pasca-ex-date, potensi koreksi terbuka karena harga akan disesuaikan dengan besarnya dividen yang dibagikan.