Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
Melalui sinergi ini, ANTM diharapkan dapat memperluas operasinya untuk menambang bijih limonit yang merupakan nikel kelas-1, yang digunakan untuk komponen baterai EV. Emiten pelat merah ini diekspektasikan memiliki peran mayoritas di sisi hulu, yang meliputi penambangan dan penggalian nikel. ANTM juga mengempit kepemilikan minoritas di sebesar 25% di Indonesia Battery Corporation (IBC).
Sementara itu, emiten konstruksi khususnya yang berstatus BUMN mencatatkan kinerja beragam. PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) misalnya, mencatat penurunan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 26,36% menjadi Rp 28,17 miliar dari semula Rp 38,26 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sebaliknya, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) meraih laba bersih senilai Rp 8,68 miliar, tumbuh 28,78% dibandingkan laba bersih di kuartal pertama 2021 sebesar Rp 6,74 miliar.
Analis Mirae Asset Sekuritas Joshua Michael memperkirakan kontrak baru kontraktor BUMN akan tumbuh sekitar 15% tahun ini. Proyeksi ini membaik dari realisasi kontrak baru emiten kontraktor pelat merah tahun lalu yang terkontraksi 2,5%.
Joshua menilai, sektor konstruksi masih diliputi ketidakpastian. Oleh karena itu, Mirae Asset belum memperhitungkan sejumlah faktor ke dalam proyeksi kinerja keuangan emiten di sektor ini, seperti investasi infrastruktur di INA, pembangunan ibu kota negara (IKN) baru, dan arus masuk investasi dari pelaksanaan tax amnesty kedua.
Baca Juga: Kompak, Emiten BUMN Tambang dan Energi Bagi-Bagi Dividen
“Selain itu, kami meyakini bahwa pencapaian kontrak baru kontraktor BUMN kemungkinan telah mencapai titik terendahnya pada tahun lalu. Dus, kami mempertahankan rating overweight sektor ini,” terang Joshua.
PT Waskita Karya Tbk (WSKT) masih menjadi pilihan utama atau top picks Mirae Asset Sekuritas di sektor konstruksi untuk semester kedua 2022. WSKT dinilai sukses dalam merestrukturisasi utangnya dan dalam melakukan divestasi jalan tol. Joshua merekomendasikan beli saham WSKT dengan target harga Rp 750.
Selain WSKT, Mirae Asset juga merekomendasikan beli saham PTPP dengan target harga Rp 1.450, beli saham ADHI dengan target harga Rp 800, beli saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dengan target harga Rp 1.100, beli saham PT Wika Gedung Tbk (WEGE) dengan target harga Rp 250, dan beli saham PT Wika Beton Tbk (WTON) dengan target harga Rp 300.
Di sektor tambang logam, Bahana Sekuritas merekomendasikan beli saham ANTM dengan target harga Rp 3.400 dan beli saham INCO dengan target harga Rp 8.700. Timothy juga merekomendasikan beli saham HRUM dengan target harga Rp 16.800.
“Kami meyakini HRUM layak mendapatkan valuasi premium atas peers-nya, karena transisinya yang masif menuju bisnis nikel,” kata Timothy.
Di sektor telekomunikasi, Analis MNC Sekuritas Andrew Sebastian Susilo merekomendasikan beli saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan target harga Rp 3.500. EXCL saat ini sedang dalam proses akuisisi PT LinkNet Tbk (LINK) dan PT. Hipernet Indodata. Akuisisi ini dinilai akan meningkatkan layanan konvergensinya yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan EXCL di masa mendatang.
Andrew juga mempertahankan rekomendasi beli saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan target harga Rp 4.900. Dengan meningkatnya permintaan data seperti pengembangan jaringan metaverse dan 5G, TLKM dinilai akan membukukan kenaikan pendapatan dari segmen data.
“Selain itu, dengan ekspansi TLKM pada bisnis data center dan tren permintaan data center yang meningkat, TLKM diharapkan dapat mempertahankan posisinya sebagai perusahaan telekomunikasi terkemuka di Indonesia,” terang Andrew.
Asal tahu saja, kinerja emiten telekomunikasi cukup seret di tiga bulan pertama 2022. TLKM misalnya, melaporkan laba bersih sebesar Rp 6,12 triliun, naik tipis 1,7% dari Rp 6,01 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Sedangkan EXCL dan PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT) kompak mengalami penurunan laba bersih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News