kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rekap Kinerja Sejumlah Emiten di Kuartal I-2022, Emiten Tambang Jadi Jawara


Senin, 30 Mei 2022 / 09:50 WIB
Rekap Kinerja Sejumlah Emiten di Kuartal I-2022, Emiten Tambang Jadi Jawara
ILUSTRASI. Ilustrasi emiten tambang: PT Harum Energy energi tbk HRUM


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten telah merilis laporan keuangan per kuartal I-2022. Hasilnya, emiten pertambangan menjadi jawara dengan mayoritas membukukan kenaikan laba bersih dan pendapatan.

Ambil contoh PT Harum Energy Tbk (HRUM) mencatatkan kinerja apik sepanjang tiga bulan pertama 2022. Emiten tambang batubara ini mencetak laba bersih sebesar US$ 62,8 juta pada kuartal pertama 2022. Angka ini melonjak 256,5% jika dibandingkan laba bersih di kuartal I-2021 sebesar US$ 17,6 juta.

Kenaikan kinerja keuangan HRUM tidak terlepas dari kenaikan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) batubara. HRUM mencatatkan ASP sebesar US$ 168,4 per ton alias melonjak hingga 158,8%, dimana ASP yang dicapai pada kuartal pertama 2021 hanya sebesar US$ 65,1 per ton.

Tak hanya HRUM, sejumlah emiten tambang batubara lainnya seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Indika Energy Tbk (INDY) juga mencetak kenaikan laba bersih dan pendapatan sepanjang tiga bulan pertama 2022.

Analis Bahana Sekuritas Timothy Wijaya menilai, kondisi pasar batubara saat ini akan membuat harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) emiten batubara akan mencapai level tertingginya. 

Baca Juga: Harum Energy (HRUM) Akan Stock Split Saham 1:5, Perhatikan Jadwal Lengkapnya

Bahana Sekuritas merevisi proyeksi harga rata-rata batubara untuk tahun 2022, dari  semula US$ 175 per ton menjadi US$ 250 ton.

Tak hanya tambang batubara, emiten penghasil tambang logam juga berhasil mencetak kinerja apik. Seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang kompak mencatatkan kenaikan laba di kuartal pertama 2022.

Pergerakan harga komoditas nikel pun menjadi katalis positif bagi emiten. Menurut Timothy, INCO adalah emiten yang paling sensitif terhadap perubahan harga nikel di antara rekan-rekan (peers) nya. Hal ini karena 100% pendapatan INCO disumbang oleh penjualan nikel matte.

Menurut hitungan Bahana Sekuritas, setiap kenaikan/penurunan US$ 1.000 per ton harga nikel, akan berimplikasi pada kenaikan/penurunan 5%/15% pada pendapatan dan laba bersih INCO.

Bahana Sekuritas memperkirakan pendapatan dan laba bersih INCO akan tumbuh sebesar 31,2% dan 48,8% tahun ini. Proyeksi ini didukung oleh perkiraan harga nikel yang lebih tinggi, yakni sebesar US$ 25.000 per ton pada tahun 2022.

“Proyeksi ini juga menimbang meningkatnya hasil produksi setelah selesainya pembangunan kembali (rebuild) tungku atau furnace 4,” terang Timothy, Jumat (27/5).

Sementara itu prospek ANTM terdorong oleh keuntungan dari perusahaan patungan atau joint venture (JV) yang didirikan dengan Contemporary Brunp Lygend Co, Ltd (CBL) dan LG Energy Solution (LGES) untuk membangun rantai pasokan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) terintegrasi di Indonesia.

Melalui sinergi ini, ANTM diharapkan dapat memperluas operasinya untuk menambang bijih limonit yang merupakan nikel kelas-1, yang digunakan untuk komponen baterai EV. Emiten pelat merah ini diekspektasikan memiliki peran mayoritas di sisi hulu, yang meliputi penambangan dan penggalian nikel. ANTM juga mengempit kepemilikan minoritas di sebesar 25% di Indonesia Battery Corporation (IBC).

Sementara itu, emiten konstruksi khususnya yang berstatus BUMN mencatatkan kinerja beragam. PT Pembangunan Perumahan  Tbk (PTPP) misalnya, mencatat penurunan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 26,36% menjadi Rp 28,17 miliar dari semula Rp 38,26 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Sebaliknya, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) meraih laba bersih senilai Rp 8,68 miliar, tumbuh 28,78% dibandingkan laba bersih di kuartal pertama 2021 sebesar Rp 6,74 miliar.

Analis Mirae Asset Sekuritas Joshua Michael memperkirakan kontrak baru kontraktor BUMN akan tumbuh sekitar 15% tahun ini. Proyeksi ini membaik dari realisasi kontrak baru emiten kontraktor pelat merah tahun lalu yang terkontraksi 2,5%.

Joshua menilai, sektor konstruksi masih diliputi ketidakpastian. Oleh karena itu, Mirae Asset belum memperhitungkan sejumlah faktor ke dalam proyeksi kinerja keuangan emiten di sektor ini, seperti investasi infrastruktur di INA, pembangunan ibu kota negara (IKN) baru, dan arus masuk investasi dari pelaksanaan tax amnesty kedua.

Baca Juga: Kompak, Emiten BUMN Tambang dan Energi Bagi-Bagi Dividen

“Selain itu, kami meyakini bahwa pencapaian kontrak baru kontraktor BUMN kemungkinan telah mencapai titik terendahnya pada tahun lalu. Dus, kami mempertahankan rating overweight sektor ini,” terang Joshua.

PT Waskita Karya Tbk (WSKT) masih menjadi pilihan utama atau top picks Mirae Asset Sekuritas di sektor konstruksi untuk semester kedua 2022. WSKT dinilai sukses dalam merestrukturisasi utangnya dan dalam melakukan divestasi jalan tol. Joshua merekomendasikan beli saham WSKT dengan target harga Rp 750.

Selain WSKT, Mirae Asset juga merekomendasikan beli saham PTPP dengan target harga Rp 1.450, beli saham ADHI dengan target harga Rp 800, beli saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dengan target harga Rp 1.100, beli saham PT Wika Gedung Tbk (WEGE) dengan target harga Rp 250, dan beli saham PT Wika Beton Tbk (WTON) dengan target harga Rp 300.

Di sektor tambang logam, Bahana Sekuritas merekomendasikan beli saham ANTM dengan target harga Rp 3.400 dan beli saham INCO dengan target harga Rp 8.700. Timothy juga merekomendasikan beli saham HRUM dengan target harga Rp 16.800.

“Kami meyakini HRUM layak mendapatkan valuasi premium atas peers-nya, karena transisinya yang masif menuju bisnis nikel,” kata Timothy.

Di sektor telekomunikasi, Analis MNC Sekuritas Andrew Sebastian Susilo merekomendasikan beli saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan target harga Rp 3.500. EXCL saat ini sedang dalam proses akuisisi PT LinkNet Tbk (LINK) dan PT. Hipernet Indodata. Akuisisi ini dinilai akan meningkatkan layanan konvergensinya yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan EXCL di masa mendatang.

Andrew juga mempertahankan rekomendasi beli saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan target harga Rp 4.900. Dengan meningkatnya permintaan data seperti pengembangan jaringan metaverse dan 5G, TLKM dinilai akan membukukan kenaikan pendapatan dari segmen data.

“Selain itu, dengan ekspansi TLKM pada bisnis data center dan tren permintaan data center yang meningkat, TLKM diharapkan dapat mempertahankan posisinya sebagai perusahaan telekomunikasi terkemuka di Indonesia,” terang Andrew.

Asal tahu saja, kinerja emiten telekomunikasi cukup seret di tiga bulan pertama 2022. TLKM misalnya, melaporkan laba bersih sebesar Rp 6,12 triliun, naik tipis 1,7% dari Rp 6,01 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Sedangkan EXCL dan PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT) kompak mengalami penurunan laba bersih. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×