kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Refinancing obligasi KIJA belum mendesak


Jumat, 24 Januari 2014 / 18:35 WIB
Refinancing obligasi KIJA belum mendesak
ILUSTRASI. Peningkatan inklusi keuangan di tengah pandemi membuat perbankan memacu layanan digital.


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Emiten pengembang lahan industri, PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) masih memiliki beban utang dalam kurs dolar yang bisa menekan margin laba bersihnya. Utang itu berasal dari obligasi anak usahanya, Jababeka international B.V (JIBV) senilai US$ 175 juta yang akan jatuh tempo pada tahun 2017 mendatang. Tingkat suku bunga obligasi itu mencapai 11,75%.

Melihat beban yang tinggi ini, sebetulnya tahun lalu KIJA menyiapkan opsi pembiyaan kembali (refinancing) obligasi dollarnya dengan menerbitkan obligasi baru sebanyak-banyaknya US$ 350 juta. Hal itu sudah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) KIJA di Bulan Agustus 2013.

Sekretaris Perusahaan KIJA, Muljadi Suganda mengatakan, meski perseroan sudah mendapatkan persetujuan untuk menerbitkan obligasi, KIJA masih belum berencana menerbitkannya dalam waktu dekat. Soalnya, kondisi pasar obligasi masih belum menarik. Sehingga dikhawatirkan, yield obligasi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sebelumnya, KIJA mengincar kupon sebesar-besarnya 10%.

Muljadi mengatakan, refinancing obligasi itu belum mendesak dilakukan saat ini. Ia mengklaim, seandainya tahun ini KIJA batal melakukan refinancing, kondisi keuangan KIJA masih sehat. Namun, ia tak menampik depresiasi rupiah memang menjadi kondisi yang bisa membebani margin KIJA. "Tetapi sebagian pendapatan dari dollar, jadi otomatis sudah ada natural hedging," jelasnya.

Salman Fajari Alamsyah, Analis Bahana Securities memprediksi, nilai tukar rupiah terhadap dolar akan membaik. Dia memperkirakan rupiah bisa menguat ke level Rp 11.300 di tahun ini.

Namun, tetap saja, beban bunga dari forex loan ini bisa membuat margin KIJA menyempit, apalagi dengan melambatnya pertumbuhan permintaan kawasan industri. "Diperkirakan akan ada beban tambahan di forex loan karena rupiah diprediksi baru membaik pada kuartal akhir," tandasnya.

Salman bilang, proyek pembangkit listrik yang berkontribusi US$ 100 juta per tahunnya bisa sedikit membantu mengurangi penyempitan margin laba bersih KIJA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×