Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Permintaan lahan kawasan industri di tahun depan diprediksi melambat. Ini akan menekan bisnis emiten kawasan industri. Tapi, kinerja emiten kawasan industri yang memiliki pendapatan berulang alias recurring income tinggi, seperti PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) masih akan tertolong.
KIJA memiliki bisnis pembangkit listrik yang bisa menjaga kinerja di 2014. Selama kuartal III 2013, pendapatan pembangkit listrik KIJA naik 2.688,7% year-on-year (yoy) menjadi Rp 779,72 miliar. Porsi pendapatan pembangkit listrik menyumbang 38,77% dari total pendapatan.
Analis Bahana Sekuritas, Salman Fajari Alamsyah dalam risetnya bulan lalu menyebut, KIJA menjadi perusahaan dengan recurring income terbesar dibandingkan emiten sejenis. Ia yakin, meski penjualan lahan kawasan industri melambat, KIJA tetap akan meraih untung. "Recurring income bisa memperkuat laba bersih KIJA di 2014," kata dia.
Cuma, analis Reliance Securities, Jasa Adi Mulya mengatakan, recurring income KIJA belum mampu mengangkat kinerja emiten ini. Setali tiga uang, analis Trimegah Securities, Melvina Wildasar pun bilang, bisnis listrik akan menopang kinerja KIJA. "Tapi margin bisnis pembangkit listrik kecil, jadi tidak bisa mengangkat kinerja secara keseluruhan," ujar Melvina.
Menurut Jasa, kinerja KIJA tahun depan masih terbebani penurunan permintaan lahan kawasan industri. Permintaan lahan industri turun karena investor belum yakin dengan dukungan pemerintah terhadap investor asing pasca pemilu nanti.
Salman menambahkan, KIJA juga akan tertekan pelemahan rupiah yang bisa memperburuk kinerja KIJA. Namun, dia memperkirakan, tekanan nilai tukar terhadap kinerja KIJA akan berkurang tahun depan. Sebab, rupiah kemungkinan akan lebih stabil setelah pemilu.
Menurut Melvina, KIJA memiliki tanggungan obligasi dalam dollar AS. Pelemahan rupiah membuat KIJA harus mengeluarkan duit lebih besar untuk mengurangi beban selisih kurs.
Sebetulnya, KIJA juga mendapat angin dari pelemahan rupiah, karena penjualan kawasan industri dalam bentuk dollar AS. Cuma, permintaan lahan industri sedang lesu.
Efek lesunya bisnis kawasan industri ini plus pelemahan rupiah sudah tercermin dalam kinerja KIJA di kuartal III tahun ini. Laba bersih KIJA menurun 31,71% menjadi Rp 89,11 miliar, salah satunya karena kerugian kurs senilai Rp 272 miliar.
Toh, Melvina masih optimistis, kinerja KIJA tahun depan akan lebih baik dari tahun ini. Salah satu alasannya adalah kontribusi dari kerjasama bisnis antara KIJA dengan Plaza Indonesia yang akan meluncur di tahun depan.
Manajemen KIJA belum menyampaikan detail kerjasama bisnis itu. Tapi selain bisnis ritel kemungkinan keduanya akan membangun perumahan dan properti komersial seperti hotel.
Dus, Melvina merekomendasikan buy saham KIJA dengan target harga Rp 370. Harga itu merepresentasikan price earning ratio (PER) 9,3 kali di 2014.
Salman juga menyarankan buy saham KIJA dengan target harga Rp 295. Sedangkan, Jasa merekomendasikan hold dengan target harga Rp 250.
Kemarin, harga KIJA turun 2,27% ke Rp 215 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News