kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Recurring income kuat, emiten ini dipandang stabil meski hadapi tantangan ekonomi


Kamis, 05 Maret 2020 / 16:11 WIB
Recurring income kuat, emiten ini dipandang stabil meski hadapi tantangan ekonomi
ILUSTRASI. Petugas memantau grafik pergerakan penjualan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Dealing Room Divisi Tresuri BNI, Jakarta, Jumat (27/9/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 33,45 poin atau 0,54% ke 6.196,89. ANTARA FOTO/Muhammad Adim


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

Terakhir pada tanggal 13 Februari 2020 lalu, LPKR menjadi saham kedua yang paling banyak diburu oleh investor asing setelah PGAS dengan total pembelian mencapai 21,21 juta lembar pada harga Rp232 per lembar.

Baca Juga: Matahari Department Store (LPPF) berniat membagikan dividen 30% laba 2019

Pekan sebelumnya, yaitu pada tanggal 3 Februari 2020, LPKR bahkan sempat bertengger di posisi pertama sebagai saham yang paling diincar investor dengan pembelian mencapai 22,13 juta saham.

Head of Research Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi mengatakan, kinerja positif LPKR sejalan dengan tren bisnis di sektor properti yang tumbuh positif.

Apalagi dari sisi bunga juga saat ini masih kompetitif. Kemudian ekonomi secara makro menurutnya juga masih cukup baik. Dengan kepemilikan aset yang besar, juga struktur permodalan kuat, kata dia, LPKR diyakini semakin mudah melakukan ekspansi bisnis.

Tak hanya itu, LPKR juga dinilai lihai dalam membaca arah bisnis sekaligus mendapat dukungan dari berbagai mitra strategis. Dukungan konsumen properti atas berbagai inovasi perseroan menurutnya juga mendukung kinerja positif perseroan.

Baca Juga: Lippo Karawaci (LPKR) tunjuk mantan bos Unilever jadi Chief Finance yang baru

Aksi korporasi paling anyar LPKR yakni telah berhasil menyelesaikan Tap Issue senilai US$ 95 juta dari obligasi lima tahunnya saat ini senilai US$ 325 juta.

John Riady, CEO LPKR, menyampaikan, Tap Issue senilai US$ 95 juta tersebut, menawarkan imbal hasil 7,80%. Lebih rendah 32,5 bps dari obligasi yang diluncurkan pada Januari lalu. John merencanakan dana Tap Issue digunakan untuk membayar obligasi yang jatuh tempo pada 2022.

Transaksi menunjukkan investor memiliki keyakinan pada posisi keuangan dan masa depan LPKR.  Tap Issue mendapat respons positif di kalangan investor dengan kelebihan permintaan 2 kali dan kelebihan pesanan mencapai US$ 183 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×