Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Meski sedang beranjak kembali ke area US$ 50 per barel, namun analis memprediksi harga minyak mentah belum akan beranjak dari tren bearish. Mengingat, kini pasar sedang mengantisipasi hasil dari pertemuan OPEC bulan depan.
Mengutip Bloomberg, Senin (24/4) pukul 17.25 WIB harga minyak WTI kontrak pengiriman Juni 2017 di New York Mercantile Exchange terbang 1,09% ke level US$ 50,16 per barel dibanding hari sebelumnya. Namun dalam sepekan terakhir harga minyak WTI sudah merosot 5,55%.
Lukman Leong, Research and Analyst PT Valbury Asia Futures menuturkan terjadi pergerakan teknikal dalam penguatan minyak mentah di awal pekan. Pasca pelemahan signifikan dan berhasil menembus ke bawah level US$ 50 per barel, wajar pelaku pasar memilih mengambil posisi bargain hunting untuk mendulang keuntungan.
Selain itu kekuatan minyak WTI juga datang setelah posisi indeks USD yang melemah tajam. Buruknya data ekonomi AS dan minimnya kejelasan langkah ekonomi AS ke depannya menjadi penyebab utama dibaliknya terpuruk USD. “Jadi wajar saja ada penyesuaian posisi namun secara fundamental beban negatif masih terus membayangi dan siap membawa harga koreksi lagi,” imbuh Lukman.
Adapun katalis negatif tersebut antara lain laporan Baker Hughes Inc terbaru akhir pekan lalu yang menunjukkan rig pengeboran minyak mentah AS bertambah 5 unit menjadi 688 unit atau sudah menyentuh kenaikan dalam 14 pekan beruntun. Pasalnya sejak Mei 2016 lalu rig pengeboran minyak aktif AS sudah bertambah sekitar 372 unit atau naik sekitar 118%.
Ekspektasinya bukan tidak mungkin produksi minyak AS masih akan terus meluap. Karena kenaikan rig aktif pengeboran minyak AS ini berjalan seiringan dengan catatan kenaikan produksi minyak mentah AS. Produksi minyak AS naik sekitar 10% sejak pertengahan 2016 lalu menjadi sekitar 9,25 juta barel per hari hingga pertengahan April 2017 ini.
“Kekhawatiran AS ini bisa menghapus sentiment positif yang bisa datang dari peluang kenaikan akibat rencana OPEC memperpanjang program pemangkasan produksinya,” prediksi Lukman. Maka ia menduga Selasa (25/4) harga minyak WTI masih berpotensi tertekan lagi. Walau untuk saat ini level US$ 49,00 akan menjadi support kuat yang belum akan ditembus dalam waktu dekat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News