kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ramai sentimen, begini prospek emiten tambang batubara ke depan


Kamis, 05 November 2020 / 18:11 WIB
Ramai sentimen, begini prospek emiten tambang batubara ke depan
ILUSTRASI. Kementerian ESDM menetapkan HBA bulan ini sebesar US$ 55,71 per ton, naik 9,23% dari bulan Oktober.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek emiten batubara sudah mulai menghangat. Salah satu penyebabnya adalah harga batubara acuan (HBA) periode November 2020 yang mulai naik. 

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan HBA bulan ini sebesar US$ 55,71 per ton. HBA ini naik 9,23% dibandingkan dengan HBA periode Oktober 2020 yang kala itu berada di angka US$ 51 per ton.

Meski demikian, prospek emiten yang bergerak di sektor tambang batubara masih sulit untuk diterka. Sebab, sentimen yang mewarnai sektor ini cukup ramai, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia menyebut, salah satu sentimen yang dihadapi adalah pembatasan impor batubara oleh China yang terus berlanjut seiring dengan gerakan pengembangan energi terbarukan di Negeri Panda tersebut. Hal ini tercermin dari harga batubara yang sudah menurun 16,35% secara year-to-date (ytd) meskipun belakangan ini harga batubara memang perlahan naik.

Baca Juga: Harga Batubara Acuan (HBA) naik, emiten ini bakal kecipratan untung

Selain itu, peningkatan produksi dan persediaan batubara dalam negeri menyebabkan China mengurangi impor batubaranya sehingga impor turun 7,24% secara ytd, yang diikuti oleh penurunan ekspor batubara dari Indonesia sebesar 10,64% sejak awal tahun. Hal ini tentunya menjadi perhatian yang mendalam untuk ekspor batubara di masa depan bagi  Indonesia karena kontribusi ekspornya yang besar terhadap China.

Di sisi lain, hal ini berujung pada meningkatnya kesadaran pemerintah untuk menggalakkan kebijakan hilirisasi. Tidak berhenti sampai di situ, yang mengkhawatirkan adalah, presiden menanggapi isu hilirisasi ini dengan wacana larangan ekspor batubara mentah di masa depan.

“Meskipun tidak pasti mengenai kapan waktunya, hal ini akan berdampak buruk pada perusahaan berorientasi ekspor. Tetapi hal ini akan sangat mempengaruhi harga batubara karena Indonesia adalah salah satu produsen terbesar,” ujar Catherina kepada Kontan.co.id.

Baca Juga: Harga batubara acuan (HBA) naik 2 bulan beruntun, APBI: Ini sentimen positif

Melalui omnibus law, pemerintah memberi royalti 0% untuk perusahaan batubara yang telah melakukan hilirisasi. Tujuan sebenarnya dari royalti 0% ini adalah untuk meningkatkan nilai tambah komoditas dan bukan hanya mengekspor batubara mentah. Pada akhirnya, hilirisasi ini akan menguntungkan di masa mendatang dengan potensi meningkatkan penerimaan Negara,  baik dari penerimaan negara bukan pajak maupun pajak serta pendapatan perusahaan bersangkutan.  

Di sisi lain, rencana penerapan PPN atas penjualan batubara akan menimbulkan efek negatif bagi emiten. Sebab, perusahaan penambang batubara yang dikenakan pajak tersebut berpotensi mengalami penurunan margin keuntungan.

MNC Sekuritas mempertahankan rekomendasi netral untuk sektor pertambangan batubara. Meskipun  di masa depan sektor ini penuh tantangan, MNC Sekuritas masih mempertimbangkan adanya potensi keuntungan di  saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Kedua emiten ini pun cukup gencar dalam melakukan hilirisasi. Catherina menilai, ADRO akan diuntungkan karena menjadi salah satu emiten dengan pembangkit listrik terbesar dan rencana ADRO untuk melakukan diversifikasi lainnya. Begitu pula  PTBA yang juga akan diuntungkan karena  emiten ini telah menyiapkan berbagai jenis hilirisasi batubara serta proyek gasifikasi yang sedang berjalan.

Baca Juga: Kinerja positif di kuartal ketiga, begini rekomendasi saham-saham pelayaran

Namun, MNC Sekuritas  mengecualikan rekomendasinya untuk PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Emiten ini dinilai memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap pergerakan harga batubara karena sangat bergantung pada pasar ekspor  serta memiliki realisasi produksi yang paling rendah dibandingkan emiten sejenis.

Hanya saja, selama undang-undang dan larangan ekspor tersebut belum diterapkan, MNC Sekuritas menilai komoditas batubara masih akan mendapatkan keuntungan dari adanya momen musim dingin yang akan datang yang berpotensi membangkitkan permintaan.

Namun, perlu digarisbawahi bahwa meningkatnya kesadaran investor global terhadap investasi environment, social, governance (ESG) berpotensi menjadi ancaman bagi kinerja saham emiten batubara dalam jangka panjang.

MNC Sekuritas merekomendasikan beli saham ADRO dengan target harga  Rp1.310 dan beli PTBA dengan target harga Rp 2.390. Pada Kamis (5/11), harga saham ADRO naik 2,70% ke Rp 1.140 per saham dan harga saham PTBA naik 1,81% ke Rp 1.970 per saham.

Baca Juga: Arutmin kantongi IUPK dan perpanjangan operasi 10 tahun, begini kata bos BUMI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×