Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
Senada, tujuh trader dan analis dari Survey Bloomberg memprediksi harga akan jatuh lagi ke level US$ 54 per metrik ton di akhir tahun 2016. Pasalnya, beberapa institusi besar seperti JPMorgan Chase & Co., Bank of America Corp., dan Citigroup Inc sudah menarik dukungannya terhadap pengadaan proyek tambang batubara baru. Hal ini dalam rangka memberikan dukungan untuk penggunaan energy terbarukan yang ramah lingkungan.
“Pasar masih kaget dengan raihan kenaikan harga saat ini, keterkejutan ini sedang berlangsung di pasar global dalam jangka pendek,” ujar Guillame Perret, Director of Perret Associates. Hanya saja jika berkaca dari data terbaru, beban harga batubara memang kembali membengkak.
China mencatatkan pemangkasan produksi hingga 9,7% dalam enam bulan pertama di 2016. Seharusnya ini jadi katalis positif, hanya saja ekspor Indonesia yang turun tajam malah mengindikasikan keringnya permintaan global. Tercatat di paruh pertama 2016, ekspor Indonesia turun 32% dibanding periode yang sama tahun lalu. Kenyataan bahwa tidak ada perbaikan permintaan akan terus membayangi kenaikan harga batubara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News