kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Racikan portofolio reksadana pendapatan tetap untuk antisipasi rapat FOMC


Rabu, 16 Juni 2021 / 17:54 WIB
Racikan portofolio reksadana pendapatan tetap untuk antisipasi rapat FOMC
ILUSTRASI. Hasil rapat The Fed akan menjadi sentimen yang turut mempengaruhi pergerakan pasar obligasi.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku pasar tengah mengantisipasi hasil rapat Federal Open Market Committee di Kamis (17/6) yang menentukan arah kebijakan Federal Reserve. Hasil rapat tersebut akan menjadi sentimen yang turut mempengaruhi pergerakan pasar obligasi. 

Para manajer investasi (MI) mengatakan, volatilitas di pasar obligasi berpotensi terjadi bila The Fed memberikan sinyal akan melakukan tapering maupun menaikkan suku bunga acuannya. Namun, MI optimistis tetap dapat memaksimalkan kinerja reksadana pendapatan tetap yang memiliki aset obligasi. 

Head of Investment Avrist AM Farash Farich mengatakan kebijakan The Fed akan mempertimbangkan data inflasi dan pengangguran di Amerika Serikat (AS). "Bila dianggap sudah normal dan stabil maka The Fed akan mengubah kebijakan misalnya tapering pembelian securities dan kenaikan Fed Funds Rate," kata Farash, Rabu (16/6).

Sementara, pasar obligasi pemerintah juga berpotensi bergerak volatil ketika The Fed mulai mengindikasikan akan melakukan tapering. Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi juga mengatakan indikasi tapering dari AS akan memberikan sentimen negatif bagi pasar obligasi Indonesia. "Jika tapering terjadi maka likuiditas asing akan kembali ke AS," kata Reza. 

Baca Juga: Dana kelolaan industri reksadana menyusut Rp 32,32 triliun pada Mei 2021

Namun, Farash memproyeksikan volatilitas yang terjadi tidak akan sekencang volatilitas di tahun 2013. Sebelumnya, The Fed juga pernah mewacanakan tapering mulai dari kuartal kedua 2013. Kemudian, aset The Fed secara perlahan turun di 2015 hingga 2020. "Market di 2013 bergerak volatile pada saat indikasi awal tapering, bukan saat eksekusi tapering atau kenaikan suku bunga The Fed, kemungkinan pasar kita juga akan volatile," kata Farash. 

Penopang pergerakan dan kinerja pasar obligasi saat ini datang dari suku bunga riil yang jauh lebih tinggi serta likuiditas pasar keuangan yang masih sangat tinggi. Dengan begitu, Farash akan tetap fokus meracik portofolio reksadana pendapatan tetap dengan melihat valuasi obligasi.

Baca Juga: Kinerja reksadana saham diproyeksikan baru bersinar pada kuartal keempat 2021

"Bila nanti yield terlihat sangat murah, maka kami akan perpanjang durasi obligasi," kata Farash. Selain itu, Farash juga fokus pada obligasi yang memiliki likuiditas tinggi. Sementara dalam memilih obligasi korporasi, tentunya Farash akan lebih berhati-hati dan memilih dari perusahaan yang memiliki fundamental kuat dan arus keuangan yang sehat. 

Untuk memaksimalkan imbal hasil reksadana pendapatan tetap, Reza mengatakan akan memilih obligasi dengan durasi yang tidak terlalu panjang atau sekitar lima tahun. Hingga akhir tahun, Reza optimistis pasar obligasi berpotensi berikan imbal hasil sekitar 6%-7% pada reksadana pendapatan tetap. 

Baca Juga: Jika pemulihan ekonomi sesuai harapan, imbal hasil reksadana saham tahun ini bisa 15%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×