Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2020 menjadi tahun yang cukup berat untuk perusahaan maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA). Pada tahun lalu, Garuda Indonesia meminta relaksasi atas utang jangka pendek yang jatuh tempo pada kreditur. Kala itu Garuda Indonesia memiliki utang jatuh tempo sekitar US$ 500 juta per Juni 2020.
Jika mengacu laporan keuangan per 30 September 2019, Garuda memiliki total kewajiban jangka pendek dalam kurun waktu setahun senilai US$ 2,45 miliar. Jumlah itu naik 24,35% dibandingkan posisi 31 Desember 2018.
Sebagian besar kewajiban yang akan jatuh tempo adalah pinjaman jangka pendek sebesar US$ 850,29 juta. Ada pula utang obligasi senilai US$ 528,19 juta.
Sementara itu, berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2020, GIAA mempunyai total liabilitas jangka pendek sebesar US$ 4,69 miliar. Bila dilihat lebih detail, liabilitas yang jatuh tempo dalam kurun waktu setahun dari pinjaman jangka panjang ada US$ 92,67 juta, liabilitas sewa pembiayaan US$ 840,99 juta, ada juga utang obligasi sebesar US$ 491,32 juta.
Sekadar mengingatkan, pada 6 Januari yang lalu, GIAA juga telah menyepakati penyelesaian proses restrukturisasi kewajiban (utang usaha) terhadap PT Angkasa Pura 1 (Persero), PT Angkasa Pura 2 (Persero) dan PT Pertamina (Persero).
Relaksasi pembayaran kewajiban tersebut, melalui perpanjangan waktu pembayaran kewajiban biaya operasional terhadap AP 1, AP 2 dan Pertamina selama 3 (tiga) tahun dari total outstanding kewajiban GIAA yang tercatat hingga akhir Desember 2020 lalu terhadap ketiga entitas tersebut.
Baca Juga: Garuda Indonesia Gelar Efesiensi, Prospek Saham GIAA Diprediksi Bakal Lebih Baik
“Restrukturisasi sama Pertamina dan BUMN sudah selesai, untuk yang lain kami masih akan melihat perkembangan situasi tahun ini. Kan juga baru mulai,” ujar Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra ketika dihubungi Kontan.co.id, Sabtu (6/3).
Irfan melanjutkan, yang jelas Garuda Indonesia membuka opsi untuk restrukturisasi dan negosiasi dengan kreditur.
Per September 2020, emiten ini memperoleh pendapatan sebesar US$ 1,14 miliar hingga kuartal ketiga 2020. Capaian tersebut ambles 67,79% dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai US$ 3,54 miliar.
Di saat yang sama GIAA membukukan rugi bersih US$ 1,07 miliar. Kondisi ini berbalik dari kuartal III tahun lalu yang masih mendulang laba bersih US$ 122,42 juta.
Selanjutnya: Prospek bisnis bisa lebih baik, simak rekomendasi analis untuk saham Garuda (GIAA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News