kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Margin laba PT Timah berpotensi menanjak


Selasa, 16 Januari 2018 / 07:57 WIB
Margin laba PT Timah berpotensi menanjak
ILUSTRASI. Ekspor timah


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga timah bergerak menguat dan stabil. Ini membuat margin PT Timah Tbk (TINS) berpotensi menebal. Emiten produsen timah pelat merah itu optimistis, laba bersih bisa melompat tinggi di akhir 2018.

"Target laba bersih kami tahun ini naik dua kali lipat," ungkap Sekretaris Perusahaan TINS Amin Haris kepada KONTAN, Senin (15/1).

TINS memproyeksikan, laba bersih sepanjang tahun lalu mencapai Rp 500 miliar. Dengan asumsi pertumbuhan dua kali lipat atau 100%, maka laba bersih mereka tahun ini mencapai Rp 1 triliun.

Efek harga timah yang stabil sejatinya sudah tecermin pada kinerja TINS selama sembilan bulan di 2017 lalu. Pada periode tersebut, perusahaan tambang yang berdiri 1976 silam ini meraih laba bersih Rp 300,57 miliar, atau melesat 493% dibandingkan dengan periode yang sama 2016 Rp 50,65 miliar.

Lonjakan laba bersih tersebut dipicu oleh kenaikan rata-rata harga jual TINS lebih dari 20% menjadi US$ 20.000 hingga US$ 23.000 per metrik ton sepanjang 2017, dari sebelumnya hanya US$ 18.000 per metrik ton pada 2016. "Tahun ini, kami memperkirakan rata-rata harga jual timah masih di kisaran itu," ujar Amin.

Proyek offshore

Tapi, demi mengejar target laba bersih itu, TINS juga perlu mengimbanginya dengan aktivitas produksi. Mereka menargetkan pendapatan tahun ini sebesar Rp 10,7 triliun, atau tumbuh 18,9% dibanding estimasi pendapatan tahun lalu senilai Rp 9 triliun.

Proyeksi tersebut berdasarkan target produksi timah tahun ini yang naik 15% sampai 20% menjadi 36.705 metrik ton. Ini dengan asumsi rata-rata harga jual rimah US$ 21.000 per metrik ton.

Strategi lain yang akan TINS tempuh untuk mempertebal margin adalah: memaksimalkan tambang timah di lepas pantai (offshore) ketimbang di darat (onshore). Tambang offshore TINS memiliki biaya yang lebih rendah dibanding tambang onshore.

Hingga kuartal III 2017, sebanyak 56% produksi TINS berasal dari tambang offshore. Hasilnya, beban produksi selama periode itu turun 400 basis poin dan margin laba bersih TINS meningkat 340 basis poin. Pada tahun ini, TINS akan menggunakan strategi serupa, sehingga laba bersihnya bisa meningkat hingga 440 basis poin.

Analis Danareksa Sekuritas Stefanus Darmagiri memprediksikan, harga timah akan stabil untuk beberapa waktu ke depan. Salah satu penyebabnya adalah, peningkatan permintaan komoditas ini dari industri elektronik.

Alhasil, prediksi Stefanus, rata-rata harga timah berada di level US$ 21.000 per metrik ton pada 2018. Angka tersebut berpotensi meningkat lagi menjadi US$ 22.000 per metrik ton di 2019 nanti.

Ini tentu menguntungkan TINS. "Kami mempertahankan rekomendasi buy saham TINS," ujar Stefanus dalam riset 15 Januari 2017. Target harga yang dia tetapkan Rp 1.100 per saham, yang  mencerminkan price earning ratio (PER) 21,2 kali.

Harga saham TINS kemarin ditutup turun 2,26% menjadi Rp 865 per saham.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×