Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) menjadi salah satu emiten yang pergerakan sahamnya sangat tinggi pada tahun 2016 lalu. Harga saham perusahaan pelat merah ini bahkan sudah terbang 604% sejak awal 2016 dari hanya Rp 291 menjadi Rp 2.050 hingga perdagangan kemarin (26/1).
Prospek bisnis SMBR sendiri cukup oke. Tak seperti produsen semen lain, emiten ini berjaya di luar Jawa, khususnya Sumatra.
Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada bilang, pasar semen di luar pulau Jawa diprediksi masih tumbuh, termasuk di Sumatra. Ini seiring permintaan semen untuk pembangunan infrastruktur di wilayah tersebut.
Makanya, penjualan semen SMBR naik 6,1% menjadi 1,63 juta ton di 2016 dari 1,54 juta ton pada 2015. ”Infrastruktur di daerah masih punya potensi untuk tumbuh, imbasnya konsumsi semen di daerah meningkat,” kata Reza (26/1).
Manajemen perusahaan ini menargetkan, penjualan semen tahun ini akan tumbuh 23% menjadi 2 juta ton sejalan dengan outlook kenaikan kebutuhan semen. Peningkatan penjualan ini juga sejalan dengan produksi semen SMBR yang meningkat, jika pabrik Semen Baturaja II beroperasi di pertengahan tahun ini.
Pembangunan Semen Baturaja II memakan biaya investasi Rp 3,3 triliun dengan kapasitas terpasang 1,85 juta ton per tahun. Alhasil, total kapasitas SMBR akan meningkat menjadi 3,85 juta ton.
Analis BCA Sekuritas Nyoman W. Prabawa menambahkan, data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menunjukkan pertumbuhan kebutuhan semen di luar Jawa adalah yang tertinggi, yakni naik 5,6% menjadi 28,25 juta ton, dari sebelumnya 26,74 juta ton.
Sedang permintaan di Jawa hanya tumbuh 0,2% ke 33,75 juta ton. ”Pertumbuhan kebutuhan semen di Sumatra ketiga paling tinggi di 2016,” kata Nyoman dalam riset (13/1).
Kebutuhan semen di Sumatra naik 4,3% menjadi 13,6 juta ton dari Rp 13,05 juta ton. Sementara penjualan semen SMBR paling besar di wilayah Sumatra.
Sehingga pangsa pasar SMBR naik jadi 2,6% di 2016, dari tahun sebelumnya sebesar 2,5%. Sementara pangsa pasar produsen semen lainnya, seperti SMGR, INTP, SMCB justru turun.
Analis NH Korindo Raphon Prima mengatakan, pembangunan pabrik baru SMBR bakal semakin memperkuat pangsa pasar dan marjin perusahaan. ”Letak pabrik berada di provinsi Jambi, akan semakin memperkuat supply di sana,” katanya dalam riset.
Tahun ini, Raphon memprediksi pendapatan SMBR tumbuh 9,6% menjadi Rp 1,80 triliun, dengan laba bersih mencapai Rp 491 miliar. Ia merekomendasikan hold saham SMBR dengan target harga Rp 1.580 per saham.
Nyoman merekomendasikan sell saham SMBR dengan target harga Rp 430 per saham. Reza merekomendasikan buy on weakness untuk jangka pendek dengan target harga Rp 2.250. Harga saham SMBR kemarin (26/1) turun 2,39% menjadi Rp 2.040.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News