Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks sektor transportasi dan logistik menjadi indeks sektoral dengan kinerja terburuk kedua setelah sektor teknologi pada September 2022. IDX Transportasi dan logistik terpantau turun 10,7% pada September 2022.
Meski begitu, jika dilihat secara sejak awal tahun hingga saaat ini, indeks transportasi dan logistik masih mencatatkan penguatan hingga 14,24%.
Dalam sebulan terakhir, beberapa saham yang menjadi pemberat indeks transportasi dan logistik seperti PT Temas Tbk (TMAS), PT Trimuda Nuansa Citra Tbk (TNCA), PT Transkon Jaya Tbk (TRJA), PT Pelayaran Nasional Ekalya Purnamasari Tbk (ELPI), PT Weha Transportasi Indonesia Tbk (WEHA), PT Hasnur Internasional Shipping Tbk (HAIS), PT Guna Timur Raya Tbk (TRUK), PT Batavia Prosperindo International Tbk (BPII), dan PT Satria Antaran Prima Tbk (SAPX).
Baca Juga: Indeks Sektor Energi Menguat 6,05% Sepekan, Saham BUMI Memimpin
Martha Christina, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas mengungkapkan, prospek saham-saham emiten transportasi dan logistik masalah cukup menantang hingga akhir tahun ini. Terkereknya harga BBM dinilai dapat memangkas margin keuntungan.
Selain itu, sambung Martha, sentimen perlambatan ekonomi global menekan kinerja emiten logistik.
Martha mencermati, penurunan saham TMAS, ELPI, dan HAIS dipengaruhi oleh turunnya tarif jasa angkutan kapal di semester kedua ini. Hal tersebut sehubungan dengan mulai dibukanya jalur darat dan udara, serta pelabuhan-pelabuhan di dunia mulai beroperasinya normal.
Dengan demikian, maka lonjakan kinerja dari emiten transportasi laut akan mulai terbatas.
Sementara itu, TNCA dan SAPX terpengaruh oleh persaingan pada bisnis logistik yang kian ketat membuat kenaikan harga BBM sulit diikuti oleh kenaikan tarif logistik. Jadi, Martha menilai kemungkinan margin keuntungan emiten logistik ini akan turut tertekan. Ditambah, pemangkasan biaya oleh e-commerce juga menyulitkan emiten logistik.
"Untuk saham transportasi darat seperti WEHA, TRUK, dan TRJA dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM yang cukup besar," terang Martha, Senin (10/10).
Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto sependapat, sektor tansportasi dan logistik merupakan sektor yang terdampak secara langsung oleh kenaikan harga BBM. Pasalnya, bahan bakar merupakan salah satu komponen biaya utama sehingga akan menambah beban operasional.
Kemudian, untuk sektor transportasi pelayaran juga terdampak oleh turunnya tarif angkutan kapal. Berdasarkan data benchmark dari drewry container world index, freight rate sudah turun sekitar 60% dari posisi tertinggi sekitar akhir tahun lalu.
"Tentunya hal ini akan menekan profit margin, sehingga akan sulit untuk mempertahankan kinerjanya di masa mendatang," kata Pandhu.
Apalagi jika dilihat dari kinerja historisnya, Pandhu menjelaskan, ketika tarif angkutan kapal normal seperti sebelum pandemi, maka secara profitabilitas para emiten di sektor perkapalan juga biasanya relatif naik tipis saja, sehingga akan tampak kurang menarik bagi para investor.
Baca Juga: Industri Perkapalan Wujudkan RI Jadi Poros Maritim Dunia
Dengan adanya kebijakan pemerintah yang menaikkan BBM, diikuti dengan kenaikan suku bunga maka Pandhu memperkirakan hal ini akan menurunkan daya beli masyarakat.
Menurutnya, ini secara tidak langsung akan membuat para emiten transportasi dan logistik sulit untuk mengejar target yang telah mereka canangkan sebelumnya.
"Bisa dikatakan bahwa katalis positif yang mendorong penguatan para emiten di sektor transportasi selama 1-2 tahun terakhir, saat ini sudah berbalik arah dan semakin tidak menguntungkan bagi prospek para emiten transportasi," papar Pandhu.
Berdasarkan kondisi tersebut, Pandhu memberikan outlook yang cenderung negatif untuk sektor transportasi dalam jangka pendek ini.
Ia memperkirakan kinerja para emiten transportasi yang terpantau kuat sejak tahun lalu kemungkinan tidak dapat dipertahankan ketika menghadapi kondisi yang berbalik arah seperti sekarang.
Oleh karena itu, Pandhu memberikan saran pelaku pasar untuk menghindari lebih dulu saham-saham dari sektor ini. Pun secara teknikal, rata-rata masih dalam tren turun, dan secara momentum juga masih relatif lemah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News