Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
Namun, Bharat percaya, prospek pilihan saham pada portofolio Aberdeen Indonesia Equity Fund akan cerah dalam jangka panjang. Maklum, Bharat mengaku perusahaan tidak pernah melakukan market timing dalam mengelola reksadana. Jika pasar melemah, mereka akan berinvestasi secara defensif pada sektor saham konsumsi dan telekomunikasi. Selain itu, pada tahun 2016, perusahaan juga memperbesar portofolio pada sektor saham consumer discretionary.
"Perekonomian dalam negeri diharapkan tumbuh 5.1% pada tahun 2016, cukup aman untuk kami berekspektasi agar perusahaan-perusahaan mencetak keuntungan sebesar 1,5 kali pertumbuhan GDP Indonesia," jelasnya.
Dengan adanya pemulihan permintaan dan harga, Bharat berharap kinerja beberapa perusahaan bakal tumbuh 7% - 10% pada tahun 2016, lebih baik ketimbang penurunan performa sebesar 10% - 15% pada tahun 2015.
Bharat mengingatkan, ada dua faktor domestik yang perlu dicermati di waktu mendatang. Yakni momentum eksekusi proyek infrastruktur pemerintah serta stabilitas mata uang Garuda.
"Jika perkembangan kedua faktor tersebut mengecewakan, kita mungkin akan melihat beberapa perusahaan melaporkan keuntungan (earnings) yang lesu pada beberapa kuartal ke depan tahun 2016," paparnya.
Adapun per Februari 2016, sebanyak 97,1% dana Aberdeen Indonesia Equity Fund ditempatkan pada efek saham. Sisanya 2,9% berupa instrumen pasar uang, yakni deposito dan kas.
Aberdeen Asset Management memang leluasa memarkirkan dana 80% - 100% pada efek saham serta 0% - 20% pada instrumen pasar uang.
Reksadana saham yang meluncur sejak 27 Desember 2007 tersebut telah mengoleksi dana kelolaan sebesar Rp 28,23 miliar. Per 22 Maret 2016, Aberdeen Indonesia Equity Fund diperdagangkan dengan nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP) senilai Rp 1.678,12.
Nah, investor yang ingin mengoleksi reksadana ini dapat melakukan pembelian awal minimal Rp 500.000. Pembelian selanjutnya juga minimum Rp 500.000.