Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Analis memproyeksikan ruang penurunan suku bunga masih terbuka di tahun ini. Alhasil, reksadana pendapatan tetap masih masih menarik untuk dikoleksi.
Stabilitas pasar finansial masih bergejolak akibat penyebaran Covid-19. Beberapa waktu lalu, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 4,5%. Meski suku bunga masih dipertahankan, analis meyakini kinerja reksadana pendapatan tetap yang sejatinya lebih diuntungkan bila suku bunga turun, tetap bisa memberikan imbal hasil menarik.
Baca Juga: Wabah Corona Menyeret Turun Dana Kelolaan Industri Reksadana
Pertumbuhan kinerja reksadana pendapatan tetap masih menarik karena di tahun ini penurunan suku bunga acuan BI terbuka lebar.
Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana memproyeksikan ruang penurunan suku bunga di tahun ini sebanyak 50 basis poin. "Wajarnya jika pandemi corona berakhir penurunan suku bunga akan membuat harga obligasi yang menjadi aset dasar reksadana pendapatan tetap bisa naik," kata Wawan.
Apalagi jika reksadana tersebut memiliki mayoritas aset dasar Surat Berharga Negara (SBN). Namun, jika mayoritas aset reksadana pendapatan tetap adalah obligasi korporasi maka penurunan suku bunga tidak terlalu memberi pengaruh.
Senada, Direktur Bahana TCW Investment Soni Wibowo menjelaskan jika melihat penurunan harga minyak dunia menyentuh level terendah sejak tahun 2000, hal tersebut mengindikasikan bahwa perekonomian dunia diproyeksikan akan sangat melambat, termasuk Indonesia.
"Dengan mengecilnya aggregate demand, salah satu cara untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi adalah dengan menurunkan biaya berbisnis, salah satunya dengan menurunkan suku bunga acuan," kata Soni, Selasa (21/4).
Oleh karena itu, Soni meyakini BI akan tetap memotong suku bunga acuannya sebanyak dua kali lagi di tahun ini atau sebesar 50 basis poin. Dengan begitu, prospek kinerja obligasi ataupun reksadana pendapatan tetap ke depan akan menarik.
Soni memproyeksikan reksadana pendapatan tetap yang dikelola Bahana tumbuh sekitar 8%-10% di tahun ini.
Wawan menambahkan di tengah fluktuasi pasar saham yang sangat tinggi dan cenderung bearish, reksadana pendapatan tetap jadi menarik dan sangat cocok dimiliki oleh investor konservatif. Wawan memproyeksikan rata-rata imbal hasil reksadana ini tumbuh 7%-8% di tahun in.
Dengan prospek kinerja yang cerah, Wawan juga optimistis dana kelolaan reksadana pendapatan tetap akan membaik. Sepanjang Maret, tercatat dana kelolaan reksadana pendapatan tetap menurun Rp 7,9 triliun secara bulanan menjadi Rp 106,9 triliun.
Baca Juga: Reksadana pasar uang paling moncer di kuartal pertama
"Di April dana kelolaan reksadana pendapatan tetap sangat terbuka untuk naik baik dari penambahan jumlah subscription (aksi beli) maupun perbaikan kinerja aset obligasi," kata Wawan.
Di sepanjang Maret kinerja pasar obligasi pemerintah yang tercatat dalam Infovesta Government Bond Index memang menurun sebesar 3,31% secara bulanan. Namun, Wawan mengamati kinerja pasar obligasi pemerintah sudah lebih baik di April.
PT Penilai Harga Efek Indonesia juga mencatat untuk pertama kalinya di sepanjang April, pasar obligasi menunjukkan performa positif. Tercatat, indeks return Indonesia Composite Bond Index (ICBI) menguat 1,34% secara mingguan ke level 270,42.
"Jika kinerja positif pasar obligasi bisa bertahan hingga akhir bulan ini, harusnya dana kelolaan reksadana pendapatan tetap akan naik," kata Wawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News