Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) berpotensi tumbuh di 2024. Hal ini didorong pertumbuhan produksi dan memanasnya harga minyak.
Investment Analyst Stockit Hendriko Gani mengatakan, pendatan MEDC mayoritas berasal dari segmen eksplorasi dan produksi minyak dan gas sebesar 89% dari total pendapatan. Dari total penjualan segmen migas, mayoritas disumbang oleh penjualan gas dengan harga fixed sebesar 59% dan indexed 19,9%, sementara sisanya berasal dari penjualan minyak.
Meski porsi penjualan gas tercatat lebih besar, perlu diketahui bahwa penentuan harga jual gas sendiri terkait dengan minyak Brent.
Berdasarkan Trading Economics, pada Selasa (5/3) pukul 15.18 WIB, harga minyak Brent berada di US$ 82,33 per Bbl atau terkoreksi 0,58% dibandingkan hari sebelumnya. Namun, dalam sebulan harganya telah naik 5,32%.
Baca Juga: Saham GOTO Tertekan Jelang Berakhirnya Periode Lock Up, Cek Rekomendasinya
Sepanjang tahun ini, Stockbit memperkirakan harga minyak mentah pada 2024 akan berada di level US$ 80 per Bbl. Ini didorong oleh konsistensi OPEC+ dalam menjaga suplai melalui pemangkasan produksi di tengah ekspektasi perlambatan pertumbuhan global yang dapat mengurangi permintaan.
Selain harga, prospek MEDC ditopang oleh kenaikan produksi sebesar 13 MBOEPD menjadi 173 MBOEPD di 2024. Katalis lainnya dari pemulihan anak usahanya, terutama PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN).
Hendriko menyebut, AMMN berpotensi mencetak laba bersih bersih sebesar US$ 816 juta pada 2024. Sehingga akan menambah laba bersih MEDC dari anak usaha sebesar US$ 171 juta.
"Kami menilai MEDC berpotensi membukukan peningkatan pendapatan pada 2024 sebesar 6,8% YoY menjadi US$ 2,3 miliar, sementara laba bersih meningkat 14,8% YoY menjadi US$ 350,7 juta," tulisnya dalam riset, Rabu (31/1).
Pertumbuhan laba bersih juga didorong dari ekspektasi penurunan utang bank. Hendriko memperkirakan adanya penurunan utang bank sebesar 1,5% YoY menjadi US$ 3,27 miliar.
"Meski terdapat penambahan utang untuk akuisisi Blok 48 dan 60 sekitar US$ 423,5 juta, kami mengestimasikan total utang MEDC pada 2024 akan turun seiring komitmen perseroan untuk deleveraging pinjaman yang digunakan dalam akuisisi blok Corridor," paparnya.
Hendriko juga menilai prospek MEDC didorong peluang perseroan melalui akuisisi proyek migas dari perusahaan global yang ada di Indonesia. Peluang tersebut muncul seiring tren divestasi yang dilakukan produsen migas global terhadap proyeknya.
Baca Juga: Laba PTPP Naik 77%, Simak Prospek Bisnis dan Rekomendasi Sahamnya
Misalnya, Royal Dutch Shell yang menjual 35% kepemilikan di proyek gas Abadi di Blok Masela pada 2020. Lalu Chevron yang mundur dari proyek gas Pengembangan Laut Dalam Indonesia (IDD) di Selat Makassar, Kalimantan Timur pada 2023.
"MEDC sendiri memiliki rekam jejak dalam mengambil alih aset yang didivestasikan oleh perusahaan asing di Indonesia, yakni ketika perseroan mengambil alih 54% working interest di Blok Corridor, Sumatera Selatan dari ConocoPhillips pada 2021," katanya.
Saat ini, MEDC diperdagangkan dengan valuasi P/E 2024 Forward sebesar 5,6 kali, lebih rendah dari median global peers produsen migas yang memiliki valuasi sebesar 8,9 kali.
"Menggunakan asumsi laba bersih sebesar US$ 350,7 juta pada 2024, kurs di Rp 15.500 per dolar AS, dan P/E Ratio naik ke level 7 kali, saham MEDC berpotensi diperdagangkan di level Rp 1.515," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News