Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Noverius Laoli
Dengan suku bunga yang diperkirakan tetap tinggi di tahun depan, meski ada potensi pemangkasan, masih akan dapat menurunkan kembali daya beli dan berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Meskipun begitu, Oktavianus mengatakan masih ada beberapa faktor yang menjadi penentu. Seperti ekonomi Indonesia yang diperkirakan pemerintah masih tetap tumbuh di atas 5% akan menjadi pendorong permintaan dan daya beli masyarakat yang kuat.
Kedua, pelonggaran kebijakan suku bunga yang akan terjadi lebih cepat dari perkiraan pasar, akan mendorong kembali meningkatnya pertumbuhan kredit yang kuat.
Baca Juga: Gencar Ekspansi Selama 8 Tahun Belakangan, Kekayaan Dua Konglomerat Ini Melejit
Ketiga, harga komoditas energi yang masih akan bergerak melemah moderat karena masih didorong aktivitas industri yang masih ekspansif. Terakhir, inflasi yang terjaga dalam rentang target Bank Indonesia akan menjaga optimisme konsumsi masyarakat dan menopang daya beli.
Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Division Henan Putihrai Asset Management, Reza Fahmi Riawan, mengatakan emiten multi sektor holding memiliki keunggulan dalam hal diversifikasi portofolio dan mitigasi risiko.
"Namun, kinerja masing-masing emiten juga tergantung pada sektor-sektor yang didominasi oleh anak usaha atau afiliasinya," ungkap Reza kepada Kontan.co.id, Jumat (15/12).
Menurutnya, sentimen yang mempengaruhi kinerja emiten multi sektor holding berasal dari dalam dan luar negeri. Sentimen domestik meliputi pertumbuhan ekonomi, inflasi, suku bunga, kebijakan fiskal dan moneter, serta isu politik menjelang pemilu 2024.
Baca Juga: Grup Astra (ASII) Jadi Konglomerasi yang Paling Gencar Ekspansi Tahun Ini
Adapun sentimen global meliputi perkembangan pandemi Covid-19, kebijakan The Fed, harga minyak dan komoditas lainnya, serta tensi geopolitik antara Rusia-Ukraina dan China-Taiwan.
"Sentimen-sentimen ini dapat berdampak positif atau negatif terhadap pasar saham Indonesia, termasuk emiten multi sektor holding," jelasnya.
Selain itu, diversifikasi portofolio dinilai dapat membantu emiten untuk mengurangi ketergantungan pada satu sektor atau anak usaha, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi pasar.
Reza merekomendasikan buy pada saham ASII dengan target harga Rp 8.000 per saham, lalu buy pada saham PT ABM Investama Tbk (ABMM) dengan target harga Rp 2.500-Rp 3.000 per saham, dan PT Global Mediacom Tbk (BMTR) dengan target harga Rp 1.000-Rp 1.200 per saham.
Sementara Oktavianus merekomendasikan buy pada saham ASII dengan target harga Rp 6.350 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News