Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek kinerja emiten sektor batubara diproyeksi masih cukup menantang dengan diselimuti sentimen negatif.
Head of Research Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas, mengatakan harga batubara yang kembali tertekan dan diprediksi akan terus menurun hingga 2025 bakal memberikan sentimen negatif pada kinerja emiten batubara.
Penurunan Harga batubara ini menurut Sukarno didorong beberapa faktor seperti perlambatan ekonomi global serta meningkatnya pasokan gas alam sehingga pasar Eropa beralih ke gas alam sebagai alternatif energi yang lebih bersih.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) Lirik Kerjasama Proyek Gasifikasi Batubara
"Produksi coal juga meningkat signifikan, RKAB tahun 2024 922.14 juta ton produksi sementara realisasi produksi 2023 775 juta ton," jelas Sukarno pada Kontan, Selasa (25/6).
Melihat hal tersebut, Sukarno memprediksi prospek emiten batubara ke depannya cukup menantang dan diperkirakan akan melanjutkan penurunan kinerja.
Hal itu seiring penurunan harga jual batubara. Di sisi lain lain prospek jangka panjang emiten batubara ini cukup menarik karena diversifikasi usaha ke sektor EBT.
Dengan tertekannya Harga batubara, strategi yang bisa dilakukan pelaku pasar adalah menunggu momentum yang tepat secara teknikal dan jika ingin trading hanya bersifat jangka Panjang.
Sukarno menyarankan untuk wait and see terlebih dahulu di tengah sentimen negatif yang masih terus menghantui sektor batubara.
Baca Juga: Turun, Penjualan Alat Berat United Tractors (UNTR) Capai 1.757 Unit Hingga Mei 2024
"Saham yang paling menarik ada ADRO saat ini karena secara kinerja tidak terlalu turun signifikan dibandingkan yang lain dan secara valuasi juga relatif
murah," ungkapnya.
Fixed Income dan Macro Strategist Mega Capital Sekuritas, Lionel Priyadi, melihat masih adanya potensi penurunan Harga saham emiten batubara dampak dari tertekannya harga batubara.
Meski begitu, menurutnya ada kemungkinan harga batubara akan kembali rebound pada kuartal IV-2024. Hal itu didorong oleh pemangkasan produksi minyak harian oleh Arab Saudi dan anggota OPEC lainnya yang berpotensi menaikkan harga energi menjelang musim dingin saat kebutuhan energi tinggi.
"Selain itu juga adanya pemulihan ekonomi China bila program bailout sektor properti berjalan lancar," ucapnya.
Melihat hal tersebut, Lionel menyarankan untuk para pelaku pasar untuk wait and see terlebih dahulu pada saham batubara. Menurutnya penurunan saham emiten batubara masih akan berlanjut hingga akhir kuartal III 2024.
Baca Juga: Harga Batubara Jadi Penentu, Tengok Rekomendasi Saham Emiten Batubara dari Analis Ini
Sementara itu, Junior Research Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas Arinda Izzaty Hafiya justru cukup yakin saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mengoleksi saham-saham batubara di tengah pengaruh harga batubara.
Ia menilai secara fundamental harga saham-saham emiten batubara masih cukup murah, hal ini terbukti dengan PBV ADRO, PTBA, dan INDY yang masih di bawah rata-rata lima tahunnya.
Meski begitu Arinda mengatakan para investor harus tetap memperhatikan fundamental perusahaannya serta potensi valuasi perusahaannya. "Yang tidak kalah penting juga tetap perhatikan situasi dan kondisi harga komoditas ke depannya," jelas Arinda.
Baca Juga: Di Tengah Pelemahan Harga Batubara, Simak Rekomendasi Saham Para Analis
Dengan begitu Arinda merekomendasikan untuk buy pada PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan target Harga long term Rp 2.650 dan short term Rp 2.590, buy pada PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dengan target Harga long term Rp 3.100 dan short term Rp 2.840 dan buy PT Indika Energy Tbk (INDY) dengan target Harga long term Rp 1.400 dan short term Rp 1.305.
Sementara itu, Sukarno merekomendasikan untuk netral atau hold saham ADRO dengan target harga Rp 2.870 dan netral atau hold saham PTBA dengan target harga Rp 2.520.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News