Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Prospek emiten sektor batubara akan sangat bergantung dari harga komoditas batubara. Naik turunnya harga batubara akan bertranslasi ke kinerja pendapatan dan laba bersih emiten sektor ini.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas mencermati, penurunan harga saham mayoritas emiten batubara in-line atau sejalan dengan kinerja yang turun signifikan, baik secara tahunan ataupun kuartalan.
Hanya saja, Sukarno memprediksi, kinerja PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) akan tetap positif daripada emiten batubara lainnya karena penurunan kinerja tidak begitu signifikan.
Meskipun kinerja pendapatan dan laba bersih turun, kinerja ADRO mampu melewati estimasi konsensus. Pendapatan ADRO tercatat US$ 1,44 miliar pada kuartal pertama 2024, turun sekitar 21,53% secara tahunan, namun masih mengalahkan estimasi konsesus pada US$ 1,35 miliar.
Sementara itu, Adaro membukukan laba bersih US$ 374,3 juta atau lebih rendah dari US$ 458,04 juta periode kuartal I/2023. Namun capaian ini telah melewati konsensus yang sebesar US$ 360 juta.
“Naik turunnya kinerja emiten batubara berkaitan dengan harga batubara di sepanjang tahun ini. Penurunan lebih dikarenakan harga jual batubara (ASP) yang lebih rendah dibandingkan tahun lalu,” kata Sukarno kepada Kontan.co.id, Sabtu (22/6).
Baca Juga: Di Tengah Pelemahan Harga Batubara, Simak Rekomendasi Saham Para Analis
Menurut Sukarno, prospek emiten batubara di semester kedua nantinya akan tergantung arah pergerakan harga batubara. Sebab, meskipun adanya kenaikan permintaan, perkiraan harga batubara tetap dalam tren penurunan di tengah suplai yang tinggi. Tetapi, tidak menutup kemungkinan harga batubara bisa menguat.
Dengan skenario penurunan harga batubara diproyeksi bisa berada di kisaran US$120 per ton – US$127 per ton. Sedangkan, skenario penguatan harga batubara bisa ke level US$136 per ton – US$140 per ton.
Adapun berikut rekomendasi saham-saham emiten sektor batubara dari beberapa analis. Simak ulasannya:
1. PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO)
Emiten paling menarik dari sektor batubara saat ini adalah ADRO. Hal itu karena ADRO membukukan kinerja lebih baik dibandingkan emiten lainnya dan secara valuasi paling murah dilihat dari PE dan PBV. Selain itu, rasio utang ADRO cukup rendah dan margin masih tebal.
Rekomendasi : Trading Buy
Target Harga : Rp 2.830
Sukarno Alatas, Kiwoom Sekuritas
2. PT Bukit Asam Tbk (PTBA)
Mirae Asset masih mempertahankan proyeksi dan target harga untuk PTBA. Tekanan jual berpotensi terjadi terhadap harga saham PTBA setelah tanggal pembayaran dividen pada 7 Juni 2024.
PTBA diharapkan dapat meningkatkan produksi dan ekspor untuk mencapai hasil yang lebih baik di kuartal mendatang. Penjualan ekspor batubara PTBA lambat karena sikap konservatif mereka mengenai volatilitas harga batubara global saat ini.
Rekomendasi : Sell
Target Harga : Rp 2.500
Rizkia Darmawan, Mirae Asset Sekuritas
Baca Juga: Prospek Emiten Pelat Merah Belum Bergairah, Cermati Saham Pilihan Analis
3. PT Harum Energy Tbk (HRUM)
Laba bersih HRUM menurun pada kuartal pertama 2024 secara kuartalan dan tahunan yang disebabkan oleh kombinasi dari kontribusi yang masih kecil dari PT Westrong Metal Industry (WMI). Kemudian, adanya penurunan nilai dan pembalikan kompensasi DMO satu kali dan tarif pajak efektif yang tinggi.
Kami berharap kontribusi pendapatan HRUM dari nikel akan meningkat mulai kuartal kedua dan seterusnya, didorong oleh peningkatan produksi di WMI, yang akan meningkatkan kontribusi pendapatan dari nikel menjadi 62% pada tahun ini dari 37% pada kuartal pertama 2024.
Rekomendasi : Buy
Target Harga : Rp 1.600
Ariyanto Kurniawan, Mandiri Sekuritas dalam riset 3 Juni 2024
4. Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
Indo Premier memangkas estimasi pendapatan ITMG untuk tahun 2024 sekitar 5% dari proyeksi sebelumnya karena biaya tunai yang lebih tinggi. Namun, tetap mempertahankan asumsi volume penjualan untuk saat ini, sambil menunggu kejelasan lebih lanjut dari laporan pendapatan ITMG.
Pendapatan ITMG di kuartal pertama 2024 terpantau turun karena biaya penambangan yang lebih tinggi dan volume penjualan yang lebih rendah, meskipun ASP batubara bergerak datar secara kuartalan.Di bawah garis operasi, biaya lain-lain naik 65% qoq menjadi US$4 juta karena kerugian nilai tukar mata uang.
Rekomendasi : Hold
Target Harga : Rp 22.000
Reggie Parengkuan, Indo Premier Sekuritas dalam riset 13 Mei 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News