Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja bisnis emiten ban berpotensi terdongkrak sejumlah katalis positif. Research Analyst Phintraco Sekuritas, Nurwachidah mengatakan prospek bisnis emiten ban secara umum akan sejalan dengan kinerja industri otomotif.
Nurwachidah lantas menyoroti penjualan mobil secara wholesales tahun lalu yang melandai, antara lain disebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan tingkat suku bunga.Dia menilai pada tahun ini penjualan kendaraan berpotensi tumbuh kembali, seiring proyeksi penurunan tingkat suku bunga dan stabilitas pertumbuhan ekonomi.
Kinerja emiten pun bisa terkerek naik, apalagi dengan ekspansi pasar kendaraan listrik. Tambahan angin segar datang dari kucuran insentif bagi pembelian mobil listrik, melalui Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP).
Stimulus dari pemerintah ini menjadi katalis penting bagi industri otomotif dalam negeri, termasuk komponen kendaraan dan ban.
"Sejumlah emiten juga menyatakan siap mengeksplorasi dan membuat produk ban yang sesuai dengan kebutuhan kendaraan listrik tersebut," kata Nurwachidah kepada Kontan.co.id, Senin (26/2).
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Emiten Ban yang Berpotensi Terdongkrak Katalis Positif
Head of Research Mega Capital Sekuritas (InvestasiKu) Cheril Tanuwijaya menambahkan bahwa emiten ban punya prospek yang menarik. Sebab, peluang pertumbuhan bisnisnya tidak hanya terbatas pada kendaraan baru.
Selain pergantian rutin, bisnis ban juga potensial tumbuh seiring dengan meningkatnya pasar mobil bekas. "Ditambah sebentar lagi ada momentum mudik Lebaran, yang diperkirakan permintaan ban akan meningkat," imbuh Cheril.
Hanya saja, Cheril mengingatkan tidak semua emiten ban punya saham yang likuid, sehingga mesti selektif jika ingin mengoleksi. Di antara saham emiten ban, Cheril mengunggulkan GJTL dengan target harga di Rp 1.300 dan stoploss pada level Rp 1.100.
Nurwachidah turut melirik saham GJTL. Catatan dia, secara teknikal saham yang juga dimiliki oleh investor kenamaan Lo Kheng Hong ini cenderung tertahan pada resistance Rp 1.210. Dus, dapat dipertimbangkan sell on strength bagi yang sudah memiliki.
Sedangkan bagi yang baru mau koleksi, Nurwachidah menyarankan buy on breakout jika GJTL menembus resistance Rp 1.210. Nurwachidah memproyeksikan target harga di level Rp 1.280 - Rp 1.300.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyarankan trading buy untuk GJTL (support di Rp 1.035 dan resistance di Rp 1.220).
Selanjutnya, speculative buy pada saham GDYR (support Rp 1.265 dan resistance di Rp 1.360) serta saham TYRE (support Rp 111 dan resistance Rp 121). Kemudian, buy on weakness MASA mencermati support Rp 3.780 dan resistance di Rp 4.240.
Sementara itu, Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo menyematkan rekomendasi beli GJTL (support Rp 1.035 dan resistance Rp 1.305).
Lalu, buy on weakness saham MASA (support Rp 3.350 dan resistance Rp 5.000) serta wait and see pada saham GDYR (support Rp 1.200 dan resistance di Rp 1.390) dan TYRE (support Rp 99 dan resistance Rp 127).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News