kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   6.000   0,39%
  • USD/IDR 16.200   -65,00   -0,40%
  • IDX 7.080   -2,93   -0,04%
  • KOMPAS100 1.048   -3,07   -0,29%
  • LQ45 822   1,36   0,17%
  • ISSI 211   -2,01   -0,94%
  • IDX30 422   2,45   0,58%
  • IDXHIDIV20 505   4,21   0,84%
  • IDX80 120   -0,32   -0,26%
  • IDXV30 123   -1,69   -1,35%
  • IDXQ30 140   1,02   0,74%

Produk Terstruktur Masih Lesu, Begini Strategi BEI


Jumat, 22 November 2024 / 20:20 WIB
Produk Terstruktur Masih Lesu, Begini Strategi BEI
ILUSTRASI. Prospek ETF didukung sejumlah keunggulan seperti, transparan, murah, kinerja setara indeks yang ditirunya, dan bisa ditransaksikan real time.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produk-produk terstruktur Bursa Efek Indonesia (BEI) masih lesu. Hal ini tercermin dari nilai efek produk structured warrant (SW) dan AUM Exchange Traded Fund (ETF) yang masih mini.

Berdasarkan data KSEI, nilai transaksi SW tercatat sebesar Rp 3,18 triliun hingga Oktober 2024. Sementara AUM ETF di periode yang sama sebesar Rp 14,46 triliun. Nilai tersebut terbilang mini dari total nilai saham sebesar Rp 7.436,07 triliun dan jumlah AUM reksadana saham Rp 77,45 triliun.

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengakui bahwa terdapat penurunan pada produk terstruktur. "SW tahun lalu cukup aktif, tapi tahun ini sedikit menurun mengikuti underlying-nya karena SW kami masih call," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (22/11).

Sementara untuk produk ETF, Jeffrey menyebut untuk pasar primer masih cukup aktif. Walaupun memang, untuk pasar sekunder tidak terlalu aktif.

Baca Juga: BEI Pangkas Nilai Minimal NAB ETF Jadi Cuma Rp 1 Miliar

Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 2 BEI, Ignatius Denny W. mengamini bahwa terdapat tantangan dalam penetrasi pasar untuk produk terstruktur kepada investor. Namun, pihaknya terus berupaya untuk mengembangkan produk-produk terstruktur guna diterima pasar.

"Misalnya untuk SW, kami akan meluncurkan PUT Waran, sekarang sedang proses pengajuan perubahan peraturan," ujarnya kepada Kontan.co.id saat ditemui di BEI, Jumat (22/11).

Lalu terkait ETF, Ignatius juga bilang bahwa belum maraknya aktivitas di pasar sekunder. Namun, pihaknya menyebut telah menyiapkan pengembangan ke depan, seperti mendorong kewajiban untuk spread-nya.

"Sekarang Dealer Partisipan (DP) wajib kuotasi, tetapi belum diatur berapa persis spread-nya sehingga kadang lebar dan kadang tipis. Jadi agak enggan untuk masuk ke sini," terang Ignatius.

Baca Juga: BEI Perbarui Aturan Reksadana, Minimal NAB Awal Dipangkas Jadi Rp 1 Miliar

Sementara untuk revisi NAB dari Rp 5 miliar menjadi Rp 1 miliar, Ignatius menjelaskan bahwa memang karena ada kendala lantaran aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan 10 hari untuk listing di bursa setelah efektif.

"Manajer investasi keberatan makanya kami revisi nilai NAB menjadi Rp 1 miliar, setidaknya bisa jalan," paparnya.

Di sisi lain, prospek produk terstruktur dinilai tetap menarik. Direktur Infovesta Utama Parto Kawito menilai, prospek ETF masih menarik didukung sejumlah keunggulan seperti, transparan, murah, kinerja setara indeks yang ditirunya, dan bisa ditransaksikan real time.

Untuk imbal hasil, Parto bilang ETF menyerupai indeks yang ditirunya. Bahkan, jika perdagangan ETF likuid maka lebih murah dan bagus karena jarang reksadana aktif yang bisa mengalahkan indeks.

Karenanya, Parto menyarankan persoalan masih lesunya produk ETF, otoritas lebih memfokuskan pembenahan likuiditas. "Lalu, perusahaan efek yang memfasilitasi perdagangan ETF harus punya sistem canggih, efisien dan reliable serta jangkauan nasabah luas," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×