Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelonggaran kebijakan moneter bank sentral dunia kemungkinan akan terjadi dalam waktu dekat. Meski begitu, tingkat premi risiko investasi Indonesia masih cenderung tinggi.
Berdasarkan World Government Bonds, credit default swap (CDS) 5 tahun Indonesia berada di level 78,01 pada Jumat (9/8). Dalam sebulan terakhir, level CDS 5 tahun Indonesia naik 9,08% dari level 70,17. Padahal, asing sudah mulai mencatatkan inflow di pasar keuangan Indonesia.
Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo, Suhindarto menilai kondisi itu lantaran investor memandang adanya risiko dari pasar keuangan Indonesia. Menurutnya, kenaikan risiko ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Dari eksternal, terdapat kekhawatiran akan terjadinya hard-landing ekonomi Amerika Serikat (AS). Bahkan, beberapa pihak mengkhawatirkan terjadinya resesi pasca rilis data pasar tenaga kerja yang mengalami pendinginan lebih dari yang diperkirakan dan data pengangguran yang meningkat cukup signifikan.
Baca Juga: BI Catat Ada Aliran Modal Asing Masuk Rp 10,27 Triliun di Minggu I Agustus 2024.
Ekspektasi terhadap hard-landing perekonomian AS telah menjalar ke seluruh pasar keuangan di dunia sehingga memicu arus dana menuju aset yang dianggap relatif lebih 'aman', seperti instrumen emas dan lain sebagainya.
"Kondisi tersebut juga menjalar ke pasar keuangan Indonesia, sehingga akibatnya CDS mengalami peningkatan," ujar Suhindarto kepada Kontan.co.id, Jumat (9/8).
Selain itu, faktor kondisi geopolitik yang masih penuh ketidakpastian. Salah satunya, pasca gugurnya pemimpin Hamas akibat serangan Israel juga membuat level CDS Indonesia meningkat.
Dari dalam negeri, investor mengkhawatirkan akan terjadi perlambatan pada ekonomi domestik. Data realisasi pertumbuhan kuartal II 2024 telah mengkonfirmasi hal tersebut. Ekonomi Indonesia melambat menjadi 5,05% YoY dari kuartal I 2024 yang tumbuh 5,11% YoY.
Selain itu, selama tiga bulan terakhir juga terjadi deflasi bulanan indeks harga konsumen. Lalu PMI Manufaktur Indonesia pada Juli 2024 lalu juga mengalami kontraksi untuk pertama kali sejak Agustus 2021.
"Seluruh indikator tersebut mengindikasikan pelemahan pada kondisi ekonomi dalam negeri, yang mana hal ini dianggap menimbulkan risiko bagi investor," kata Suhindarto.
Meski begitu, Suhindarto menilai premi risiko investasi di Indonesia akan semakin menurun, sejalan dengan prospek pemangkasan suku bunga. Ia memperkirakan CDS 5 tahun Indonesia berpotensi turun ke sekitar 67-73 pada akhir tahun nanti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News