kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.461.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.130   40,00   0,26%
  • IDX 7.697   -47,60   -0,61%
  • KOMPAS100 1.196   -13,16   -1,09%
  • LQ45 960   -10,60   -1,09%
  • ISSI 231   -1,75   -0,75%
  • IDX30 493   -3,97   -0,80%
  • IDXHIDIV20 592   -5,69   -0,95%
  • IDX80 136   -1,30   -0,95%
  • IDXV30 143   0,32   0,23%
  • IDXQ30 164   -1,28   -0,77%

Rupiah Berpotensi Tertekan Seiring Kenaikan CDS Indonesia


Senin, 25 Maret 2024 / 04:15 WIB
Rupiah Berpotensi Tertekan Seiring Kenaikan CDS Indonesia
ILUSTRASI. Tingkat premi risiko investasi alias Credit Default Swap (CDS) Indonesia bergerak naik./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/11/02/2024.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingkat premi risiko investasi alias Credit Default Swap (CDS) Indonesia bergerak naik. Belum jelasnya Rancangan Anggaran Belanja Negara (RAPBN) 2025 masih salah satu pendorongnya.

Berdasarkan data World Government Bonds, CDS 5 tahun Indonesia naik 3,47% dalam sepekan ke 71.37. Sebulan terakhir, CDS Indonesia telah naik 4,36%.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, kenaikan risiko investasi di Indonesia karena ada kekhawatiran postur belanja ke depan. Utamanya datang dari pemerintahan yang baru.

"Jadi, masih banyak kreditur dan investor global yang mempertanyakan mengenai pembiayaan makan gratis," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (24/3).

Baca Juga: Rupiah Diperkirakan Melemah di Perdagangan Awal Pekan, Senin (25/3)

Lanjutnya, terlebih dalam salah satu debat, Prabowo menyebutkan bahwa tidak apa-apa jika rasio utang hingga 50%. Menurut Bhima, hal itu memberikan persepsi turunnya kehati-hatian pemerintahan baru dalam pengelolaan utang pada 5 tahun ke depan.

Faktor lainnya, datang dari defisit transaksi berjalan yang terus menyempit. Sebab, pada Januari-Februari 2024 surplus perdagangan turun signifikan. "Artinya, dari kemampuan pembayaran utang (debt service ratio/DSR) berpotensi naik," paparnya.

Di sisi lain, Bhima menuturkan bahwa saat ini DSR Indonesia masih berada di bawah 25%. Namun, apabila sampai naik ke atas 25% maka CDS akan terus menanjak naik.

Selanjutnya, ada dari inflasi Indonesia yang masih tinggi, terutama dari sisi bahan makanan. Selain itu, ketidakpastian penurunan suku bunga Fed turut mendorong naiknya CDS.

Efeknya ke rupiah

Naiknya CDS Indonesia berdampak pada depresiasi rupiah. Sebab akan ada outflow di pasar surat utang, terutama penjualan surat utang investor asing.

Bhima menyoroti, selama RAPBN 2025 belum jelas maka CDS Indonesia akan naik. Ia memperkirakan jika kondisi ini terus berlanjut, secara akumulasi kenaikan CDS bisa mencapai 6%-6,5% di semester I ini. Sementara hingga akhir tahun diperkirakan bisa naik 7%-7,5%.

Dengan asumsi kenaikan tersebut, rupiah diperkirakan akan berada di Rp 15.800 - Rp 16.200 per dolar AS di semester I. Sedangkan di akhir tahun diperkirakan direntang Rp 16.300 - Rp 16.450 per dolar AS.

Baca Juga: Rupiah Bertekuk Lutut di Hadapan Dolar AS, Melemah 1,17% Dalam Sepekan

Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong sepakat bahwa kenaikan CDS Indonesia berpotensi menekan rupiah lantaran akan melambungkan harga obligasi pemerintah. Karenanya, asing banyak mengalihkan dananya ke US Treasury yang dipandang masih cukup murah.

"Kenaikan CDS berdampak negatif pada mata uang dan asset beresiko pasar emerging," sebutnya.

Selain itu, kata Lukman, harga komoditas yang lebih rendah mengakibatkan surplus transaksi berjalan semakin kecil. Dengan perkembangan saat ini, bahkan Lukman memproyeksikan CDS Indonesia bisa naik hingga 10%.

Dus, pada semester I diperkirakan akan tertekan dengan berada direntang Rp 15.700 - Rp 16.000 per dolar AS. Sementara di semester II, Lukman juga mempertimbangkan penurunan suku bunga Fed.

"Apabila terjadi pemangkasan sebesar 75bps, maka rupiah bisa rebound ke Rp 15.300 - Rp 15.500 per dolar AS," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×