Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konflik seputar rencana Inggris hengkang dari Uni Eropa memanas. Ini terjadi menyusul perang opini antara Sekretaris Tim Negosiasi Brexit dari Inggris David Davis dengan ketua tim negosiasi Brexit dari Uni Eropa Michel Barnier.
Ini gara-gara tuntutan dari pihak Inggris dalam proses Brexit. Salah satunya, Inggris meminta hak untuk bisa mengajukan keberatan terhadap kebijakan Uni Eropa yang diterbitkan di masa transisi. Pihak Uni Eropa merasa tuntutan-tuntutan Inggris tersebut kelewatan.
Barnier akhirnya menyebut, Inggris tidak akan mendapat masa transisi pasca memisahkan diri dari Uni Eropa. Hal ini bisa terjadi bila Inggris dan Uni Eropa tidak bisa mencapai kesepakatan terhadap beberapa poin Brexit.
Hal ini membuat nilai tukar poundsterling merosot terhadap sejumlah mata uang utama dunia. "Poundsterling jatuh karena pengaruh kekhawatrian terhadap negosiasi transisi Brexit," kata Muhammad Barkah, Kepala Koordinator Riset Rifan Financindo Berjangka, Sabtu (10/2).
Jumat (9/2) lalu, GBP/USD turun 0,62% menjadi 1,3827. Sementara GBP/JPY turun 0,53% ke 150,49. Sedang EUR/GBP naik 0,69% ke 0,8864.
Kondisi ini diperparah data ekonomi Inggris yang kurang oke. Defisit neraca dagang Inggris di Desember membesar jadi 13,6 miliar, dari 12,5 miliar di bulan sebelumnya. Produksi industri di periode yang sama juga menyusut 1,3% setelah tumbuh 0,3% di bulan sebelumnya.
Tim negosiasi dari Inggris dan Uni Eropa akan membahas lagi rencana Brexit di European Council Summit bulan depan. "Kemungkinan bisa ada titik temu antara Inggris dan UE," ujar Alwi Assegaf, Analis Global Kapital Investama.
Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono melihat poundsterling masih berpotensi melemah dalam jangka pendek akibat sentimen Brexit. Apalagi, sentimen positif bagi mata uang lain cukup kuat. Yen misalnya, ditopang sentimen aksi pelaku pasar memburu safe haven.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News