kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Potensi sederet aset itu baru tercantum di kertas


Kamis, 11 Oktober 2012 / 16:19 WIB
Potensi sederet aset itu baru tercantum di kertas
ILUSTRASI. Cara membersihkan paru-paru perlu Anda coba untuk menjaga kesehatan tubuh. ANTARA FOTO/FB Anggoro/nz.


Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Imanuel Alexander

Bagai macan ompong, PT Bumi Resources Minerals Tbk punya banyak aset namun belum berproduksi. Sementara penghasilan dari perusahaan asosiasi seperti Newmont Nusa Tenggara merosot tajam. Bagaimana nasib emiten ini di masa depan?

Tahun ini, tampaknya, emiten-emiten yang terafiliasi Grup Bakrie memang menghadapi tantangan berat. Tak terkecuali PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). Kinerjanya di semester pertama 2012 anjlok lantaran kontribusi dari perusahaan asosiasi merosot drastis. Di saat yang bersamaan, aset-aset utama emiten bersandi BRMS ini belum juga mulai menghasilkan alias berproduksi.

Cerita kurang manis Bumi Resources Minerals datang saat PT Newmont Nusa Tenggara (NNT), anak usaha yang dimi-liki secara tidak langsung melalui PT Multi Daerah Bersaing (MBD), mencetak kinerja buruk. Multi Daerah Bersaing adalah pemilik 24% saham Newmont. Lewat kepemilikannya di Multi Daerah Bersaing, Bumi Resources menggenggam secara tak langsung saham Newmont sebesar 18%.

Pada semester I–2012, produksi emas dan tembaga Newmont turun drastis. Produksi emas mereka hanya sebesar 38.000 ons dari 143.000 ons alias turun 73,42% dari periode yang sama tahun 2011. Sementara produksi tembaga mereka susut 39,71% menjadi 85 juta pon dari sebelumnya 141 juta pon.

Kondisi ini jelas memukul kinerja Bumi Resources Minerals yang pada 2011 lalu memperoleh bagian atas laba Newmont senilai US$ 112 juta. Asal tahu saja, pendapatan operasional Bumi Resources Minerals kala itu hanya US$ 3 juta. Karena kontribusi dari Newmont, akhirnya, mereka bisa mencetak laba bersih US$ 76 juta. Terbayang, betapa signifikan kontribusi Newmont pada Bumi Resources. Namun, per Juni 2012, kondisi berbalik. Bumi Resources Minerals justru membukukan kerugian pada anak usahanya itu senilai US$ 4,18 juta.

Analis Samuel Sekuritas Yualdo T. Yudoprawiro memperkirakan, sampai akhir 2012, total produksi emas Newmont cuma 70.000 ons, turun dari produksi 2011 sebanyak 318.000 ons. Sementara, produksi tembaga susut menjadi 170 juta pon, dari sebelumnya 283 pon.

Alhasil, lanjut Yualdo, kontribusi Newmont bagi laporan kinerja keuangan Bumi Resources Minerals tahun ini pun akan susut menjadi US$ 38 juta dari tahun sebelumnya US$ 112 juta. Bumi Resources Minerals pun, menurut hitungan Yualdo, terancam mencatatkan rugi bersih senilai US$ 30 juta.

Anak usaha masih belum berproduksi

Sebenarnya di medio 2012, ada angin segar dari Joint Ore Reserve Committe Resources (JORC Resources), sebuah lembaga standardisasi pelaporan hasil eksplorasi asal Australia. Mereka melaporkan, sumber daya mineral di konsesi Sungai Mak, Gorontalo, milik Bumi Resources Minerals melalui PT Gorontalo Minerals, mencapai 292 juta ton dengan kadar tembaga 0,5% dan emas 0,47 gram per ton. Angka cadangan mineral itu 133,6% lebih tinggi dari perkiraan awal 125 juta ton.
Tak hanya itu, Newmont Mining Corporation juga merilis indikasi cadangan mineral di konsesi Elang sebesar 1.430 juta ton, lebih tinggi 45% dari cadangan Batu Hijau.

Jika kita bongkar laporan keuangan Bumi Resources Minerals medio 2012, pendapatan operasional mereka hanya bergantung pada anak usahanya, Bumi Resources Japan Company Limited, yang memasarkan batubara PT Kaltim Prima Coal (KPC). Bersyukur, kontribusi laba dari entitas asosiasi (Newmont) mampu mengerek kinerja keuangannya.

Yualdo melihat, meski Bumi Resources Minerals punya banyak aset, kebanyakan aset itu masih green field alias belum berproduksi. Dana kas yang terbatas untuk membiayai belanja modal atau capital expenditure (capex) jadi kendalanya.


Posisi kas dan setara kas Bumi Resources Minerals Juni lalu hanya US$ 67,24 juta. Padahal, proyek tambang timah dan seng Dairi, Sumatra Utara, membutuhkan dana US$ 100 juta per tahun, hingga ia berproduksi di tahun 2014. Proyek tambang tembaga dan emas Gorontalo, yang sudah menelan dana US$ 75 juta, juga masih membutuhkan dana segar lebih dari US$ 100 juta hingga bisa berproduksi di tahun 2015.

Anak usaha Bumi Resources Minerals yang bisa berproduksi dalam waktu dekat, kata Yualdo, adalah aset biji besi di Mauritania, Afrika Selatan. Mereka menguasai lewat Bumi Mauritania SA dan Tamagot Bumi SA.

Sebelumnya, Bumi Resources Mineral memprediksi tambang Mauritania berproduksi di medio 2012 sebanyak 600.000 ton. “Namun, kami berasumsi, produksi baru mulai di semester pertama 2013 sebanyak 200.000 ton,” tutur Yualdo.

Dengan asumsi harga jual rata-rata (ASP) bijih besi di 2013 senilai US$ 120 per ton, Bumi Resources Minerals berpotensi meraih pendapatan dari tambang di Mauritania sekitar US$ 21,6 juta.

Masih layak beli

Analis JP Morgan Stevanus Juanda, dalam risetnya akhir Agustus lalu, menyebut, produksi tambang Mauritania akan menjadi kunci penting pengubah persepsi investor. Bumi Resources Minerals akan dinilai mampu mengubah aset green field-nya menjadi berproduksi (monetization).

Setidaknya ada tiga risiko, lanjut Stevanus, yang kini dihadapi investor pemegang saham Bumi Resources Minerals. Pertama adalah potensi penundaan jadwal pengerjaan proyek di anak usaha. Kedua, risiko penurunan laba dan dividen dari Newmont. Dan, ketiga adalah beban obligasi.

Dalam laporan keuangan semester I–2012 Bumi Resources Minerals tercatat, 14 Juni lalu mereka mendapat pinjaman Credit Suisse senilai US$ 100 juta, dengan bunga LIBOR + 6% yang jatuh tempo hingga 19 September 2013. Total utang mereka pun naik menjadi sekitar US$ 476,40 juta. Akibatnya, bunga utang yang harus dibayar BRMS naik 20,23% dari US$ 23,48 juta menjadi US$ 28,23 juta. JP Morgan pun lantas menurunkan target harga saham BRMS dari sebelumnya Rp 710 menjadi Rp 600 per saham hingga 12 bulan mendatang.

Sementara, Yualdo menilai, keluarnya laporan JORC Resources seharusnya membuka peluang Bumi Reources Minerals memperoleh pendanaan eksternal lagi. Salah satu cara yang juga bisa mereka tempuh adalah mencari strategic partner project financing. Jika dihitung, rasio utang terhadap ekuitas (DER) Bumi Resources Minerals saat ini baru 0,3 kali.

Yulado memasang target harga saham BRMS Rp 790 per saham hingga 12 bulan mendatang. Valuasi itu merefleksikan nilai buku per saham (PBV) BRMS tahun 2012 sebesar 1,37 kali. Dia pun merekomendasikan beli saham ini.

Hingga penutupan pasar Kamis (4/10) pekan lalu, harga saham BRMS berakhir di level Rp 510 per saham.

***Sumber : KONTAN MINGGUAN 02 - XVII, 2012 Saham

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×