kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis taksi grup rajawali menguji hoki di bursa


Kamis, 11 Oktober 2012 / 15:23 WIB
Bisnis taksi grup rajawali menguji hoki di bursa
ILUSTRASI. Ilustrasi anak gumoh setelah menyusu.


Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Imanuel Alexander

Pekan ini, bisnis taksi Express milik grup Rajawali resmi menawarkan saham perdana kepada masyarakat. Harga saham perdana yang ditawarkan berkisar Rp 440 - Rp 860. Seberapa menarik prospek bisnis Express dan kelayakan sahamnya?
 
Liukan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang kembali coba menggapai rekor-rekor baru, menggoda perusahaan-perusahaan untuk mengail dana dari pasar saham.

PT Express Transindo Utama atau Express Group menjajal keberuntungannya lewat penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO).

Operator taksi Express ini akan menjual 1,051 miliar saham kepada masyarakat. Rinciannya, 795,6 juta saham merupakan saham baru dan 255,6 juta merupakan saham milik pemegang saham lama. Jika ditotal, saham yang dilepas itu setara dengan kepemilikan 49% perusahaan.

Menggandeng Mandiri Sekuritas sebagai penjamin emisi, Express mengincar dana segara maksimal Rp 903 miliar. Kepada investor, mereka menawarkan harga saham perdana di kisaran Rp 440 - Rp 860 per saham.

Harga tersebut, menurut Director, Head of Investment Banking Mandiri Sekuritas Dadang Suryanto, mencerminkan price to earning ratio (P/E) atau rasio harga terhadap laba bersih 7 kali-12 kali. ”Di tingkat regional, P/E untuk sektor sejenis mencapai 11,4 kali,” ujarnya berpromosi.

Demi ekspansi Lantas, apa yang Express tawarkan untuk menarik minat calon investor? Pertama, nama besar Peter Sondakh sebagai pendiri, pemilik, dan pimpinan PT Rajawali Corporation tentu menjadi daya jual saham jual Express. Rajawali masuk menjadi pemegang saham pengendali Express sejak 1989. Sejak itu, perusahaan taksi yang semula bernama PT Kasih Bhakti Utama ini berubah menjadi PT Express Transindo Utama. Sejak itu pula, bisnisnya mulai menggeliat.

Kelak, setelah pencatatan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rajawali Corporation masih akan menguasai 51% kepemilikan Express.

Hingga saat ini, Express Group mengelola tiga lini bisnis, yakni bisnis taksi reguler dengan merek Express, bisnis taksi premium bermerek Tiara Express, dan bisnis value added transport business (VATB).

VATB adalah layanan kendaraan berkapasitas lebih besar, misalnya bus berkapasitas 24 kursi. Hingga 30 April 2012, Express mengoperasikan 6.396 taksi reguler di Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi (Jadetabek), Surabaya, Semarang, dan Medan. Express juga mengoperasikan taksi premium 65 unit di Jadetabek dan 120 unit VATB di Jakarta, Bali, serta Lombok.

Kedua, Express berniat memakai sebagian besar dana IPO untuk ekspansi. Direktur Utama Express Group Daniel Podiman bilang, 63% dana akan dipakai untuk investasi armada baru taksi reguler dan perangkat pendukung, 20% untuk membayar pokok utang, 16% untuk akuisisi, dan 1% untuk modal kerja.

Express menargetkan, jumlah taksi hingga akhir 2012 mencapai 8.000 unit. Saat ini, Express mengoperasikan 6.396 taksi. Direktur Keuangan Express David Santoso menghitung, setiap taksi menelan investasi Rp 250 juta. Jadi, untuk tambahan 2.000 taksi, Express perlu dana Rp 500 miliar.

Adapun, target akuisisi Express adalah PT Ekspres Mulia Kencana (EMK), perusahaan taksi yang baru berdiri pada Maret 2012 dan belum beroperasi secara komersial. Express memastikan EMK bukan perusahaan terafiliasi. Mereka telah menandatangani perjanjian jual beli bersyarat alias conditional sales and purchase agreement(CSPA), 6 Juli 2012, untuk membeli 100% kepemilikan EMK.

Dibandingkan aset EMK yang cuma Rp 875 juta per April, nilai akuisisi sebesar Rp 67 miliar sepertinya terlalu besar. Namun, Express punya alasan sendiri. “Tujuan akuisisi adalah izin operasional 2.000 unit taksi karena penerbitan izin baru yang dibatasi,” tegas David, yang menargetkan akuisisi tuntas tahun ini.

Express cukup agresif karena bertekad menguasai 35% pasar dalam tiga tahun mendatang. Brand taksi murah Analis eTrading Securities Andri Chandra menilai, salah satu keunggulan Express adalah mampu membangun brand sebagai taksi bertarif murah, tapi tetap berkualitas dalam layanannya.

Untuk taksi reguler, Express memakai mobil merek Toyota Limo, seperti halnya Blue Bird, yang merupakan kompetitor utama. Konsep bisnis kemitraan juga membuat kinerja Express tumbuh baik karena supir cenderung lebih loyal. Dengan konsep ini, para supir berhak memiliki taksi setelah 5-7 tahun kemudian.

Secara historis, Andri menghitung, pertumbuhan rata-rata tahunan atau compounded annual growth rate (CAGR) Express dalam tiga tahun sebesar 134% per tahun. “Model bisnis ini tidak mempengaruhi kinerja Express jika harga bahan bakar minyak (BBM) naik,” imbuh Wilson Sorian, analis Reliance Securities.

Secara industri, Andri memperkirakan, jumlah penumpang taksi di Jadetabek bisa tumbuh 15% per tahun. Selain itu, pembatasan izin operasional dan penambahan jumlah taksi juga menguntungkan posisi Express dan pemain lama. Sebab, pemain baru akan kesulitan untuk masuk dan bersaing. Strategi Express mengakuisisi EMK akan menambah keleluasaan Express untuk menambah armada baru. Setidaknya, 2.000 armada baru di semester pertama 2013.

Wilson menghitung, hingga akhir 2012, Express bisa meraup pendapatan lebih dari Rp 500 miliar dengan laba bersih Rp 145 miliar. Alhasil, baik Wilson maupun Andri merekomendasikan beli saham IPO Express. Sayang, keduanya tidak memberikan ancar-ancar penawaran harga yang pantas untuk saham ini.

Selain itu, Anda yang berminat sebaiknya menyiapkan diri dari kini. Sebab, Express juga menawarkan sahamnya ke investor asing. Bertindak sebagai agen penjual, JP Morgan menjajakan saham Express ke Singapura dan Hong Kong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×