Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang di kawasan Asia diperkirakan berpotensi berbalik menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pekan depan. Kendati begitu, volatilitas pada pergerakan mata uang Asia masih tinggi.
Berdasarkan Trading Economics, indeks dolar (DXY) menguat 0,28% dalam 24 jam terakhir ke ke 99,55 pada Jumat (30/5) pukul 17.45 WIB. Sehingga mengakumulasi penguatan 0,43% dalam sepekan.
Alhasil, mata uang Asia kompak melemah terhadap the greenback dalam sepekan terakhir.
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, penguatan dolar AS didorong oleh harapan baru terkait kesepakatan tarif. Di mana, Trump menunda kembali ancaman tarif 50% ke Eropa dan juga harapan pada pembicaraan tarif AS-China.
"Lalu, pada Kamis pengadilan memblokir tarif Trump yang menyebabkan dolar AS menguat," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (30/5).
Baca Juga: Rupiah Spot Menguat 0,05% ke Level Rp 16.289 per dolar AS pada Jumat (30/5) Siang
Hanya saja, kemudian pengadilan tinggi mengabulkan keinginan Trump untuk menunda keputusan pengadilan yang memblokir tarif Trump. Hal itu dinilai akan memberikan dorongan ke bawah terhadap dolar AS.
Dus, pekan depan mata uang Asia diperkirakan condong penguatan. Meskipun, sambung Lukman, secara umum masih akan tertekan.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi menuturkan pekan depan fokus investor akan mengarah pada testimoni Bank Sentral Amerika. Sebab, nanti malam akan ada rilis inflasi AS yang diperkirakan akan sedikit menurun.
"Saya lihat kemungkinan masih akan koreksi," sebutnya.
Meski begitu, untuk pekan depan Ibrahim menilai belum ada mata uang Asia yang bisa dicermati dalam jangka pendek. Sebab, volatilitas akan tinggi.
"Untuk jangka panjang, JPY (yen Jepang), CNY (yuan China), dan SGD (dolar Singapura) masih menarik untuk dicermati," tutupnya.
Selanjutnya: Pengamat Nilai Stimulus Transportasi & Jalan Tol Tak Signifikan Tingkatkan Pariwisata
Menarik Dibaca: 20 Ucapan Nasionalisme Hari Lahir Pancasila Untuk Caption Tanggal 1 Juni 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News