Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) terkulai lantaran adanya potensi kenaikan produksi Indonesia. Analis menilai tren harga CPO akan melemah jika kenaikan produksi terus terjadi hingga akhir tahun.
Mengutip Bloomberg, Jumat (18/11) pukul 15.19 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Februari 2016 di Malaysia Derivative Exchange tergerus 0,5% ke level RM 2.862 atau US$ 648 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, CPO tergerus 3,3%.
Yulia Safrina, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menjelaskan, turunnya harga CPO masih terpengaruh dengan kondisi fundamental dimana ada proyeksi peningkatan produksi Indonesia.
Berdasarkan survey Reuters terhadap tiga asosiasi industri dan perusahaan riset kelapa sawit, produksi CPO Indonesia kemungkinan akan naik 5,6% menjadi 3,06 juta ton dibanding bulan sebelumnya. Output terlihat terus naik sejak bulan Mei lantaran efek badai El Nino yang mulai hilang.
Di samping itu, angka ekspor CPO Malaysia terlihat turun pada periode 1 – 15 November. Data Intertek Testing Services menunjukkan ekspor CPO Malaysia periode tersebut tergerus 17,04% menjadi 520.870 ton. Lalu tekanan lain juga datang dari turunnya harga minyak kedelai sebagai barang substitusi CPO.
“Padahal, sebenarnya mata uang ringgit Malaysia melemah terhadap dollar AS sehingga membuka potensi CPO untuk menguat,” papar Yulia.
Untuk itu, Yulia menduga harga CPO dalam jangka pendek berpeluang naik dengan dukungan pelemahan ringgit. Meski di sisi lain, penguatan USD juga dapat menyebabkan turunnya harga komoditas sehingga pada akhirnya akan turut menyeret CPO.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News