Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. BlackRock Inc mengempit saham-saham berkapitalisasi pasar jumbo atau big caps Indonesia. Emiten yang masuk dalam koleksi manajer investasi kenamaan asal Amerika Serikat (AS) ini bisa menjadi contekan bagi pelaku pasar dalam menyusun portofolio.
Dalam rilis terbaru, Blackrock menilai periode pertumbuhan yang stabil dan inflasi yang rendah telah berakhir. Hal tersebut dipicu oleh pandemi dan perang antara Rusia-Ukraina yang menekan ekonomi serta menyebabkan inflasi. Sehingga, Blackrock menilai keputusan berinvestasi harus beradaptasi lebih cepat.
"Kami pikir ini memerlukan pemikiran yang cermat tentang perubahan portofolio," ungkap Blackrock belum lama ini.
Menilik pada Bloomberg, Blackrock mengempit beberapa saham big caps di Indonesia. Adapun 10 besar dari sisi market value TLKM, ASII, BMRI, MTEL, BBNI, MDKA, ADRO, KLBF, CPIN, dan UNTR.
Baca Juga: Indeks ESG Sector Leaders IDX KEHATI Naik 14,82%, Saham-Saham Ini Menarik Dicermati
Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya menilai prospek saham-saham big caps tersebut masih menarik. Dia mengacu pada aksi net buy asing yang masih masuk ke saham-saham dengan kapitalisasi besar itu.
Contohnya, saham TLKM yang sejak awal tahun diborong asing senilai Rp 10,6 triliun. Selanjutnya ada BMRI sebesar Rp 8,4 triliun, BBNI Rp 6,5 triliun, ASII Rp 6 triliun, dan UNTR sebesar Rp 3,4 triliun.
"Prospek ke depan juga masih baik karena suku bunga akan segera naik sehingga diuntungkan," ujar Cheril kepada Kontan.co.id, Minggu (18/9).
Baca Juga: Saham Bank Besar dan Komoditas Rajin Dikoleksi BlackRock, Menarik untuk Diikuti?
Selain itu, saham-saham komoditas energi seperti ADRO dan UNTR juga menarik. Menurutnya, secara fundamental jika dilihat dari pertumbuhan pendapatan dan laba masih menunjukkan pertumbuhan sehingga masih menarik.
Saat ini juga merupakan saat yang tepat bagi investor untuk masuk ke saham-saham tersebut. Apalagi saham-saham tersebut sedang koreksi. "Koreksi yang sedang terjadi bisa dimanfaatkan untuk cicil beli di harga koreksi," imbuh Cheril.
Dia pun menjagokan saham-saham bank besar dan komoditas. Cheril memproyeksikan harga saham-saham ini masih bisa naik 5%-10%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News