Reporter: Grace Olivia | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pinnacle Persada Investama atau Pinnacle Investment segera meluncurkan instrumen exchange traded fund (ETF) besutannya yang terbaru bertajuk Pinnacle FTSE Indonesia ETF.
Instrumen yang akan diberi kode ticker XPFT ini resmi dinyatakan efektif oleh Otoritas Jasa Keuangan pada Senin (27/8) lalu dan akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam waktu dekat.
President & Chief Executive Officer (CEO) Pinnacle Investment Guntur Putra, menjelaskan, XPFT merupakan produk ETF yang dikelola secara pasif dengan mengacu pada FTSE Indonesia Index sebagai benchmark.
"Pinnacle merupakan manajer investasi pertama di Indonesia yang bermitra dengan FTSE dan menerbitkan produk yang memakai FTSE Indonesia Index," ungkap Guntur kepada Kontan, Jumat (31/8).
Guntur menyebut, sejatinya Pinnacle sudah menjajaki kerja sama dengan penyedia indeks global lainnya seperti MSCI dan S&P Dow Jones. Namun, ia menilai FTSE Indonesia Index memiliki tracking error dan performa dengan tingkat replikasi yang paling tinggi dengan IHSG secara historis.
"Selain itu, secara global sudah ada sekitar US$ 16 triliun asset under management (AUM) yang menggunakan FTSE sebagai benchmark," pungkas dia.
Sementara, FTSE Indonesia Index sendiri merupakan indeks yang terdiri dari 28-30 saham super blue-chip. Jika pembobotan indeks LQ45 mengutamakan kapitalisasi pasar, indeks FTSE ini juga menilai free-float market capitalization pada saham anggotanya untuk memastikan tingkat likuiditas di pasar.
Ditilik dari kinerjanya secara jangka panjang, kinerja FTSE Indonesia Index memang mencatat imbal hasil yang mirip dengan IHSG. Dalam lima tahun, IHSG mencatat return sebesar 20,3%, sedangkan FTSE Indonesia Index menoreh return sebesar 20,8%. Akhir tahun lalu, IHSG mencatat pertumbuhan return sebesar 20% year-on-year (yoy), sementara FTSE Indonesia Index mencatat 23,7% yoy.
Sebagai ETF pasif, XPFT nantinya akan melakukan rebalancing portofolio sesuai dengan jadwal FTSE yaitu review semi-tahunan pada Maret dan September, serta review di setiap kuartal. Saat ini sepulu saham yang menjadi konstituen top dalam FTSE Indonesia Indeks antara lain BBCA, TLKM, BBRI, ASII, BMRI, UNVR, BBNI, UNTR, HMSP, dan GGRM.
"Kesepuluh konstituen top itu memengang 77% market-cap dari FTSE Indonesia Index," kata Guntur. Adapun, per Jumat (31/8), total kapitalisasi pasar FTSE Indonesia Index sebesar Rp 4.056,15 triliun. Sementara, total kapitalisasi pasar IHSG mencapai Rp 6.710,47 triliun.
Guntur mengungkapkan, XPFT menyasar investor institusi seperti asuransi dan dana pensiun. Selain itu, XPFT juga ditujukan untuk investor global yang biasanya sudah lebih kenail dengan indeks global seperti FTSE.
Lantaran merupakan instrumen pasif, XPFT ditargetkan dapat mereplikasi kinerja IHSG sedekat mungkin. Guntur mematok tracking error XPFT bisa berada di bawah 1%.
Sama dengan ETF sebelumnya, minimum transaksi XPFT nantinya dipatok 1 basket (100.000 unit penyertaan) sebesar Rp 50 juta di pasar primer dan 1 lot (100 unit penyertaan) sebesar Rp 50 ribu di pasar sekunder. Pinnacle menggandeng Bank BCA slaku bank kustodian dan Indo Premier Sekuritas sebagai dealer participant.
Mengenai dana kelolaan, Guntur mengaku tak memasang target. "Produk ETF XPID yang baru luncur akhir Mei lalu sudah memiliki dana kelolaan Rp 800 miliar per pekan lalu. Jadi, yang ini juga kami cukup optimis," kata dia. Adapun, total dana kelolaan dan advisory Pinnacle mencapai Rp 4,2 triliun per akhir Agustus kemarin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News