kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pinago Utama (PNGO) menyebut masa puncak panen akan mendorong kinerja tahun ini


Jumat, 11 September 2020 / 16:02 WIB
Pinago Utama (PNGO) menyebut masa puncak panen akan mendorong kinerja tahun ini
ILUSTRASI. Pinago Utama (PNGO) menargetkan bisa mengantongi pendapatan sekitar Rp 1,7 triliun pada tahun ini.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pinago Utama Tbk (PNGO) siap menyongsong sisa tahun ini dengan optimisme. Emiten yang bergerak di bidang industri perkebunan kelapa sawit dan karet serta industri penunjangnya ini optimistis bisa mencapai target di pandemi corona.

PNGO menargetkan bisa mengantongi pendapatan sekitar Rp 1,7 triliun pada tahun ini. Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan PNGO Meli Tantri mengatakan, target tersebut masih bisa dicapai walau tahun ini pandemi dan musim kering berkepanjangan sempat melanda. Meli menyebut, pihaknya akan fokus efisiensi guna mencapai target tersebut.

“Kami memaksimalkan hasil panen tandan buah segar (TBS) dari kebun inti dan plasma seiring dengan tren menuju peak crop. Kami juga menjaga kualitas mutu buah panen agar bisa memaksimalkan proses produksi di pabrik pengolahan untuk mendapatkan kadar oil extraction rate (OER) yang memadai,” ujar Meli kepada Kontan.co.id, Jumat (11/9).

Memasuki akhir tahun, Meli tak menampik periode ini menjadi momen yang baik untuk meningkatkan kinerja. Pasalnya, memasuki peak crop, pasokan buah dari pihak ketiga juga meningkat sehingga bisa menambah produksi. Selain itu, tren positif harga crude palm oil (CPO) beberapa waktu terakhir turut menjadi katalis positif.

Baca Juga: Di tengah pandemi Covid-19, Pinago Utama (PNGO) mantap melantai di BEI

Asal tahu saja, merujuk laporan keuangan per April 2020, PNGO sudah berhasil membukukan penjualan Rp 582,04 miliar. Pinago mengantongi laba Rp 19,48 miliar pada empat bulan pertama tahun ini. Selain target tercapai, Meli juga yakin laba tahun ini bisa jauh lebih baik daripada tahun lalu yang tercatat Rp 21,50 miliar.

Di tengah penurunan pasar saham sejak awal tahun, PNGO justru memutuskan untuk menjadi perusahaan terbuka dengan melakukan initial public offering (IPO) pada 31 Agustus 2020 silam. “PNGO menjadi perusahaan terbuka merupakan bagian dari komitmen kami untuk berkontribusi terhadap pembangunan, khususnya di Sumatra Selatan melalui industri perkebunan kelapa sawit dan karet yang berkelanjutan,” ungkap Meli. 

Baca Juga: Melantai di bursa hari ini, saham Pinago Utama (PNGO) melesat 24,8%

PNGO melepas sebanyak 156,25 juta saham atau setara 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Pinago pun menetapkan harga penawaran Rp 250 per saham sehingga mengantongi dana IPO hingga Rp 39,06 miliar.

Merujuk prospektus IPO, Pinago akan mengalokasikan sebesar 0,05% dari saham yang ditawarkan sebagai program alokasi karyawan atau employee stock allocation (ESA). Artinya, terdapat 80.000 saham yang menjadi milik karyawan PNGO.

Pinago akan menggunakan dana IPO untuk modal kerja, mulai dari pembelian pupuk, pembelian TBS, pembelian bahan olahan karet (bokar) dari masyarakat setempat, hingga pembayaran kontraktor untuk biaya konstruksi dan sewa alat. Selain itu, dana tersebut diharapkan bisa memperkuat struktur permodalan PNGO.

Meli mengatakan, selepas IPO, PNGO belum memiliki rencana untuk kembali melakukan ekspansi bisnis dalam jangka pendek. Ia menyebut, pihaknya lebih memilih efisiensi dan melakukan intensifikasi aset yang sudah dimiliki. "Kami juga akan menjalankan rencana replanting di kebun sawit dan melanjutkan kembali program replanting di kebun karet," sambung Meli. 

Baca Juga: Berharap dari Kenaikan Harga CPO, Tahun 2020 PNGO Membidik Pendapatan Rp 1,7 Triliun

Asal tahu saja perusahaan yang berdiri sejak 1979 ini mengelola sebanyak 17.656 hektare (ha) lahan. Rinciannya, perkebunan kelapa sawit seluas 13.969 ha dan perkebunan karet seluas 3.960 ha. Sekitar 81% dari perkebunan sawit dan 77% dari perkebunan karet itu merupakan area tanaman menghasilkan.

Tak hanya perkebunan, PNGO juga memiliki industri pengolahan kelapa sawit dan karet. PNGO mengoperasikan pabrik CPO berkapasitas 120 ton TBS per jam, pabrik crumb rubber  berkapasitas 6.000 ton per bulan, serta pabrik ribbed smoke sheet (RSS) berkapasitas 600 ton per bulan.

Walau belum berencana melakukan ekspansi dalam jangka pendek, Meli tak menampik pihaknya tengah menjajaki peluang untuk ekspansi dalam jangka panjang. Ia bilang, PNGO tengah mempunyai wacana menambah pabrik pengolahan kelapa sawit di salah satu anak perusahaannya. “Saat ini masih dalam proses analisa kelayakan,” pungkas Meli.

Baca Juga: Masih ada sembilan calon emiten dalam pipeline, BEI aktif sosialisasi go public

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×