Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Ketika ditanya apakah saat momen politik, di mana seringkali ada sejumlah saham naik turun, merupakan momen pas untuk beli, menurut Lanjar tidak bisa dijadikan patokan. Kata dia, momen-momen politik tidak dijadikan acuan dalam mengoleksi saham atau aset berisiko lainnya.
Kata Lanjar, investor atau calon investor, sangat disarankan mulai membeli saham atau aset beresiko lain dengan merujuk pada pemahaman segi bisnis perusahaannya, kondisi perkembangan industri dan ekonomi hingga pergerakan harga sahamnya.
Nah, dalam kondisi pasar seperti saat ini, di mana ada sentimen global yang diwanti-wanti, dan momen politik di dalam negeri, ia menyarankan agar mencermati saham-saham konsumer, perbankkan dan properti konstruksi yang sudah terkoreksi cukup dalam, sambil mencermati adanya potensi teknikal rebound jangka pendek.
Terakhir, investor juga diminta tak terlalu khawatir dengan momen Pilkada. Cermati, berbagai kebijakan anyar yang rencananya akan dikeluarkan pemerintah, seperti rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia alias BI Rate menyusul naiknya suku bunga AS dan tertekannya kembali nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Jangan lupa, kata Lanjar, cermati juga kebijakan administrasi AS dalam pengenaan tarif perdagangan antara China, dan isu pada tarif mobil Eropa.
Kemudian, kebijakan atau hasil pertemuan OPEC dalam membahas produksi minyak guna menstabilkan harga minyak yang mulai naik signifikan dari level terendah di awal tahun.
"Semua kebijakan di level global, justru sangat penting dicermati para investor, agar selalu meraih cuan," tegasnya.
Direktur Utama RELI Anita menambahkan, jika seorang investor memiliki tujuan investasi dalam jangka panjang, seperti menyiapkan dana pendidikan anak, atau juga menyiapkan kebutuhan dana pensiun, maka pilihan investasi yang paling tepat seharusnya instrumen yang memiliki potensi return tinggi dalam jangka panjang, dalam hal ini saham.
"Misal, jika seorang investor memiliki tujuan investasi untuk memenuhi dana pendidikan anak di masa depan, maka pilihan investasi harus saham. Begitu juga misal untuk kebutuhan dana pensiun, instrumen saham juga yang paling pas," ucap Anita.
Namun demikian, dalam setiap investasi, dia mengingatkan pasti ada faktor risiko. Hal ini juga tetap harus diperhatikan dengan seksama, dan yang pasti dalam investasi jangka panjang investor harus rutin dan menyisihkan dana secara berkala namun berkelanjutan agar target dan tujuan investasi bisa tercapai.
Kalaupun terjadi penurunan dalam hal nilai investasi saham, menurut Anita, hal itu sangat wajar. Namun, dalam jangka panjang, di atas 10 tahun, pergerakan IHSG selalu positif dan mampu memberi imbal hasil optimal. Tentu saja, selalu cermati berbagai hasil riset dan analisa pasar saham, termasuk yang diberikan oleh RELI.
"Investasi jangka panjang akan melewati fase-fase yang dapat mengurangi risiko. Misal, di tahap pengumpulan kekayaan, maka investor harus memilih instrumen yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi, yang tentunya memiliki risiko tinggi pula."
Dia melanjutkan, jika sudah mendekati waktu pengambilan dana investasi, maka strategi diubah lagi dengan cara dipindahkan ke instrumen yang relatif lebih moderat, dengan harapan dana tersebut tidak tergerus manakala terjadi gejolak pasar yang datang tiba-tiba.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News