Reporter: Dityasa H Forddanta, Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menjalankan fase terbaru Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai hari ini, (6/1). Perdagangan bursa langsung dihadapkan dengan perubahan Satuan Perdagangan (Lot Size) di mana 1 lot menjadi 100 lembar dan Fraksi Harga akan menjadi < Rp 500 = Rp 1; Rp 500 - < Rp 5.000 = Rp 5 sdgkan ≥ Rp 5.000 = Rp 25.
Dengan dua kebijakan itu diharapkan transaksi di bursa lokal bisa menjadi lebih likuid. Tapi, harapan itu belum bisa terealisasi hari ini. Fraksi harga dan lot saham yang baru justru membuat transaksi menjadi lebih sepi.
Mandiri Sekuritas misalnya. Dengan kebijakan lama, nilai transaksi di sekuritas pelat merah ini bisa mencapai Rp 200 miliar hanya dari transaksi sepanjang sesi I. "Tapi, tadi sesi I cuma Rp 100 miliar," tambah Ridwan Pranata, Director-Head of Equity Online Trading, kepada KONTAN.
Ridwan menambahkan, sentimen bursa global memang tetap menjadi sentimen utama penggerak IHSG yang pada sesi I tadi ditutup pada zona merah. Tapi, kondisi ini semakin diberatkan dengan kebijakan BEI, khususnya fraksi harga yang baru, yang membuat gain investasi di saham semakin tipis.
"Kalau ada klien yang nyangkut di harga atas, baliknya lagi bisa sampai kiamat, tuh, nunggunya," tandasnya.
Senada, Reza Nugraha, analis MNC Securities, melihat sepinya transaksi hari ini juga lebih dipengaruhi oleh kebijakan baru. Fraksi harga yang baru mungkin tidak memberikan dampak signifikan bagi investor jangka panjang.
Namun, dampak paling dirasakan oleh investor jangka pendek yang aktif mentransaksikan sahamnya di bursa lokal. Jika biasanya gain yang diperoleh bisa mencapai 25 poin per saham, dengan fraksi harga yang baru maka gain yang diperoleh hanya 5 poin per saham.
"Pemain jangka pendek jadi agak susah buat trading," kata Reza. Padahal, trader jangka pendek juga sangat mempengaruhi volume dan fluktuasi di bursa sehingga IHSG menjadi lebih likuid dan menarik.
Tak ketinggalan, Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker juga menilai fraksi harga yang baru justru hanya membatasi fluktuasi IHSG. Dia menggambarkan, selama ini hanya dengan melakukan satu tick, para trader sudah bisa memperoleh untung. Tapi, dengan fraksi harga baru memerlukan dua hingga tiga kali tick untuk memperoleh untung.
"Spekulan (trader jangka pendek) cenderung bermain karena fluktuasi. Tapi, sekarang fluktuasinya kurang. Spekulan jadi males," pungkas Satrio.
Ditanggapi dingin oleh investor
Ketua Umum Ikatan Pialang Efek Indonesia (IPEI) Ali Hanafiah Pasaribu mengatakan, saat ini kebijakan tick price baru di pasar modal masih ditanggapi dingin oleh investor. Beberapa pemodal menahan diri untuk masuk ke pasar dan masih mencari pola transaksi yang menguntungkan.
"Mau untung agak susah. Sampai jam segini transaksi harian masih sepi. Padahal biasanya sudah mencapai Rp 3 triliun lebih," ujarnya ke KONTAN, Senin (6/1).
Menurutnya, investor di pasar modal Indonesia kebanyakan melakukan trading dibandingkan berinvestasi dalam jangka panjang. Sehingga, kebijakan baru ini jelas berpengaruh signifikan terhadap pergerakan transaksi perdagangan.
"Kami semua pasti masih mencari formula trading yang baik," jelasnya.
Sepinya perdagangan diperkirakan masih akan berlangsung selama beberapa hari ke depan. Sebenarnya, kata dia, perubahan lot saham disambut baik oleh investor ritel. Namun, adanya perubahan tick price dirasa masih memberatkan investor untuk mengail untung lebih besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News