Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Korporasi masih akan mengandalkan surat utang untuk mendanai usaha. Penerbitan obligasi korporasi di tahun ini diproyeksikan akan tumbuh meski tidak signifikan.
Direktur PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) Wahyu Trenggono memproyeksikan penerbitan obligasi korporasi di tahun ini bisa mencapai Rp 120 triliun hingga Rp 130 triliun.
Baca Juga: Kementerian BUMN meminta RUPSLB Bank Tabungan Negara (BBTN) ditunda
"Penerbitan obligasi hingga Oktober sudah mencapai Rp 94 triliun, dalam tiga minggu ke depan di pipeline ada sekitar Rp 15 triliun," kata Wahyu, Rabu (16/10).
Sementara, jumlah kebutuhan refinancing mencapai Rp 54,62 triliun dan jumlah obligasi korporasi yang jatuh tempo capai Rp 90,28 triliun.
Sementara, Ahmad Mikail Zaini Ekonom Samuel Sekuritas memproyeksikan, penerbitan obligasi korporasi di tahun ini berada di sekitar Rp 120 triliun hingga Rp 128 triliun.
Jika dibandingkan dengan penerbitan obligasi korporasi di tahu lalu, target penerbitan tersebut hanya tumbuh satu digit di 9%. Berdasarkan data PHEI, jumlah penerbitan obligasi korporasi di tahun lalu mencapai Rp 110,02 triliun.
Wahyu dan Mikail sepakat tahun politik yang kerap menciptakan situasi yang tidak pasti menahan langkah korporasi untuk berekspansi dan menerbitkan surat utang.
Baca Juga: Ekonom Pefindo nilai penerbitakan obligasi global punya risiko besar
Bila mengaca pada tahun politik di 2014, terlihat penerbitan obligasi korporasi juga tak tumbuh signifikan. Hal ini terlihat dari jumlah obligasi yang jatuh tempo di tahun 2014 sebesar Rp 41,52 triliun sementara jumlah penerbitan obligasi baru tak jauh berbeda di Rp 47,47 triliun.
Baru di tahun 2020, Wahyu memproyeksikan penerbitan obligasi korporasi akan lebih banyak bisa capai Rp 150 triliun hingga Rp 175 triliun. Kembali mengaca pada kondisi penerbitan obligasi korporasi setelah pemilu di 2015, jumlah penerbitan obligasi korporasi tumbuh dua kali lipat capai Rp 62,74 triliun dari jumlah obligasi yang jatuh tempo sebesar Rp 35,87 triliun.