Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Tingginya angka pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV ikut memicu banjirnya permintaan lelang surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk negara, Selasa (9/2).
"Investor masih melihat ada sinyal positif bahwa pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa lebih baik, khususnya didorong belanja pemerintah," ujar Analis Capital Asset Management Desmon Silitonga, Selasa (9/2).
Badan pusat statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV 2015 sebesar 5,04% atau melebihi ekspektasi yang hanya sekitar 4,4%-4,9%.
Kondisi tersebut mendorong masuknya dana asing ke pasar obligasi sehingga mendorong turunnya yield sejak pekan lalu. Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mencatat yield efektif obligasi pemerintah year to date (YTD) 9 Februari 2016 turun 7,57%.
Kendati demikian, Desmon memperkirakan pasar obligasi tahun ini masih terancam mengalami tekanan. Penyebabnya, faktor eksternal yang belum menentu khususnya dari Amerika Serikat (AS), arah harga minyak serta ekonomi Tiongkok.
"Faktor tersebut akan mempengaruhi kinerja variabel makro Indonesia. Untuk itulah pemerintah perlu menjaga agar pertumbuhan ekonomi bisa dijaga seperti kuartal IV lalu," tutur Desmon.
Dalam lelang ini, pemerintah mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribe hampir 4 kali dari target indikatif yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp 4 triliun.
Adapun total permintaan mencapai Rp 14,8 triliun atau lebih tinggi dibandingkan lelang sukuk Selasa (26/1) sebelumnya yang sebesar Rp 13,64 triliun. Pemerintah kemudian menyerap lelang Rp 5,25 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News