Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Dalam lima hari terakhir, harga tembaga berada dalam trend yang menurun. Harga tembaga di london Metal Exchange (LME) hari Rabu (30/3) turun 2,14% menjadi US$ 9.371 per metrik ton. Dengan demikian, sejak Rabu (23/3), harga tembaga telah tergerus hingga 3,6%.
Menurut Ibrahim, analis senior Harvest International Futures, trend ini diakibatkan dari menurunnya jumlah permintaan tembaga dari Jepang. "Akibat dihentikannya produksi otomotif di Jepang membuat kebutuhan akan tembaga berkurang," kata Ibrahim.
Sebagai salah satu produsen otomotif terbesar, keberadaan Jepang bagi pasar tembaga memang sangat penting. "Tembaga yang merupakan bahan baku otomotif, sangat tergantung kepada produksi kendaraan," jelasnya.
Selain itu, besarnya cadangan tembaga, turut menambah sentimen negatif bagi harga tembaga. "Hingga kuartal ke-2, persediaan tembaga masih tinggi," ujar Ibrahim. Dengan cadangan yang besar dan permintaan berkurang otomatis akan menekan harga tembaga.
Penguatan tembaga, menurut Ibrahim baru akan terjadi apabila produksi industri otomotif di Jepang kembali berjalan. "Sesuai dengan prediksi, sepertinya pada bulan April Jepang baru akan membuka produksi mereka," kata Ibrahim.
Dengan tingkat inflasi yang semakin tinggi, dalam jangka menengah sepertinya masih akan tertekan. Tingginya inflasi akan membuat beberapa negara berencana menaikan suku bunganya. "China yang merupakan negara konsumen terbesar komoditas akan menaikan suku bunganya April mendatang, harga batubara juga akan terpengaruh negatif," ujar Ibrahim.
Untuk besok Jumat (1/4), pergerakan tembaga menurut Ibrahim masih akan terkoreksi. Ibrahim memprkirakan tembaga akan bergerak di kisaran US$ 9.372- US$ 9.379 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News