Reporter: Diba Amalia Haritz, Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pergerakan harga crude palm oil (CPO) bakal dipengaruhi permintaan dari sejumlah negara. Mengutip Bloomberg, Senin (15/8) pukul 17.15 kontrak harga CPO pengiriman Oktober 2016 di Malaysia Derivative Exchange terbang 3,96% di level RM 2.625 per metrik ton. Dalam sepekan terakhir harganya melesat 7,62%.
Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, telah terjadi kenaikan ekspor produk CPO Malaysia. Data Intertek Testing Service menunjukkan, ekspor CPO Malaysia periode 1 Agustus – 15 Agustus 2016 naik 30,6% menjadi 561.471 ton dibandingkan periode yang sama bulan sebelumnya.
Permintaan produk CPO memang sedang meningkat, terutama dari China. Lantaran jelang festival musim gugur, Negeri Panda ini membutuhkan produk CPO untuk diolah menjadi kue bulan (mooncake).
Buktinya, pengiriman minyak kelapa sawit ke China bertumbuh dua kali lipat sebulan lebih awal menjelang festival musim gugur. Kendati begitu, bukan berarti harga CPO bebas dari katalis negatif.
Menurut Solvent Extractors Association of India, impor CPO India Juli 2016 anjlok 42% menjadi 570.051 ton dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Konsumen di India banyak beralih ke minyak kedelai.
Hanya saja menurut Analis Central Capital Futures Wahyu Tri Wibowo, India tetap membutuhkan CPO. 70% dari kebutuhan minyak sayurnya masih dari CPO. Penurunan daya tarik ini hanya sementara jadi katalis negatif.
Jika menilik pergerakan harga, Selasa (16/8) Wahyu menebak, kans harga CPO naik lagi tetap ada. "Selama bertahan di atas level RM 2.200 per metrik ton, tren bullish tetap terjaga, tapi terbatas," kata Wahyu, kemarin.
Selain itu, sentimen lain yang mempengaruhi harga CPO ialah melonjaknya harga minyak sejak Kamis (11/8).
Ariston bependapat, terbangnya harga minyak mentah akan berpengaruh pula terhadap kenaikan komoditas lain, seperti CPO. Kejar RM 3.000 Dalam jangka panjang Wahyu memprediksi, CPO mampu bergerak di kisaran RM 2.000-RM 3.000 per metrik ton hingga akhir tahun.
Dukungan berasal dari proyeksi terjadinya La Nina. "Padahal pasca El Nino lalu, produksi CPO belum kembali pulih, ini sudah siap diserang banjir dan badai," imbuhnya.
Alhasil, pasar akan kekurangan pasokan dari di negara-negara penghasil CPO. Pasar menanti genjotan permintaan dari Negeri Panda saat musim festival Tapi perlu dicermati penurunan kurs USD bakal ikut berperan.
Jika Ringgit Malaysia semakin perkasa, imbasnya negatif bagi pergerakan harga CPO. Lantaran akan mengikis daya beli pelaku pasar, akibat harga jual yang terlampau tinggi.
Suntikan tenaga lain bagi harga CPO di jangka pendek datang dari laporan stok CPO di pelabuhan-pelabuhan pengiriman di India, yang turun 36% menjadi 295.000 ton pada awal Agustus 2016, dibanding dengan bulan sebelumnya.
Apabila ini terus terjadi, India akan segera kembali menggenjot permintaan CPO yang positif bagi harga. "Kans bertahan dalam tren bullish tetap terjaga," ujar Wahyu.
Secara teknikal, Ariston mengatakan bahwa CPO akan bergerak di atas moving average (MA) 50, MA100, dan MA200, artinya masih memungkinkan adanya penguatan. Indikator moving average convergence divergence (MACD) juga mendukung adanya penguatan dengan bergerak di atas angka 0.
Relative strenght index (RSI) dan stochastic juga berada pada area overbought di level 70, sehingga memungkinkan momentum penguatan.
Ariston memproyeksikan, harga CPO, Selasa (16/8) bergerak di RM 2.580-RM 2.640 per metrik ton. Prediksi Wahyu, harga CPO dalam sepekan di antara RM 2.400- RM 2.650 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News