kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peringkat dipangkas, likuiditas Tiphone Mobile Indonesia (TELE) akan berat


Kamis, 16 Juli 2020 / 20:23 WIB
Peringkat dipangkas, likuiditas Tiphone Mobile Indonesia (TELE) akan berat
ILUSTRASI. Gerai ponsel Telesindo Shop dari PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE). Pefindo juga merevisi outlook TELE dari sebelumnya di peringkat idSD menjadi idD.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memangkas peringkat Obligasi Berkelanjutan I Tiphone Tahap II Tahun 2016 Seri C. Obligasi yang yang diterbitkan oleh PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) itu dipangkas menjadi idD dari sebelumnya idCCC.

"Penurunan peringkat merefleksikan kegagalan TELE dalam membayar kupon obligasi yang jatuh tempo pada 14 Juli 2020 senilai Rp3,9 miliar," jelas Analis Pefindo Ayuningtyas Nur Paramitasari dan Christyanto Wijaya dalam rilis yang diterbitkan Selasa (14/7).

Pefindo juga merevisi outlook TELE dari sebelumnya di peringkat idSD menjadi idD. Peringkat idD menandakan obligor gagal membayar seluruh kewajiban finansialnya yang jatuh tempo, baik atas kewajiban yang telah diperingkat atau tidak diperingkat.

Baca Juga: Tiphone (TELE) Gagal Bayar Bunga Lagi, Rating Jadi Default, Suspensi Diperpanjang

Menanggpai hal ini, Analis Phillip Sekuritas Indonesia Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr bilang akan berat bagi TELE untuk memperbaiki kondisi likuiditasnya. Sebab secara nature bisnisnya, TELE memiliki margin yang tipis. Jika berutang terlalu banyak, maka kondisinya semakin rentan. "Apalagi berdasar laporan keuangan kuartal III 2019, Cash Conversion Cycle-nya (CCC) meningkat ya," ungkap  Zamzami kepada Kontan.co.id, Kamis (16/7).

Asal tahu saja, CCC TELE mencapai 83 hari. Menurut Zamzami, mempertimbangkan nature bisnis TELE, perputaran itu seharusnya lebih cepat. Naiknya days of inventory outstanding menjadi pemicu utama perlambatan CCC ini. Jadi, untuk meningkatkan likuiditas, penting bagi TELE mempercepat perputaran persediaan.

Sekadar informasi, TELE bergerak di bisnis perdagangan perangkat telekomunikasi, distribusi pulsa telepon seluler, pengadaan konten seluler dan reparasi telepon seluler. Mengutip dari laporan keuangan terakhirnya, di kuartal III 2019 pendapatan TELE sebagian besar dikontribusikan dari segmen voucer dan kartu perdana hingga 81,78%. Setelahnya telepon seluler sebesar 19,65%, sisanya dari jasa perbaikan.

Baca Juga: Gagal bayar kupon obligasi, Pefindo turunkan rating Tiphone Mobile Indonesia

Adapun terkait kondisi Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Zamzami berharap TELE bisa merestrukturisasi utangnya agar sanggup membayar kewajiban. "Dan mempercepat penagihan piutang tentunya," imbuh Zamzami.

Mengutip keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (7/7), TELE dan keempat anak usahanya PT Telesindo Shop, PT Simpatindo Multi Media, PT Perdana Mulia Makmur dan PT Poin Multimedia Nusantara telah dinyatakan berada dalam kondisi (PKPU) sementara selama 42 hari.

Dalam kondisi PKPU sementara, TELE berusaha untuk melakukan restrukturisasi seluruh utang dan kewajibannya. Termasuk utang TELE yang telah jatuh tempo.

Baca Juga: Lagi, Tiphone (TELE) menunda pembayaran bunga obligasi perusahaan

Di sisi lain, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menjelaskan bahwa prospek TELE ke depan memang kurang baik. Sebab, penjualan kartu telepon sudah tidak semarak dahulu. Begitu pula penjualan pulsa, masyarakat cenderung memilih pengisian pulsa dengan cara online. "Secara prospek, model bisnis TELE sendiri kurang menarik. Untuk sisi penjualan handphone pun secara porsi masih kecil," jelas Chris kepada Kontan.co.id, Kamis (16/7).

Lebih lanjut Chris menjelaskan, ke depan sebaiknya TELE memikirkan bisnis model baru untuk perkembangan perusahaan. Jika tetap pada model bisnis sekarang ini, maka kinerjanya akan cenderung tertekan.

Adapun Analis Pefindo Ayuningtyas dan Christyanto beranggapan pandemi Covid-19 semakin menekan kondisi likuiditas TELE. Sebab, pendapatannya terkikis dan perputaran piutang menjadi lebih panjang akibat dampak dari pandemi COVID-19.

Baca Juga: Nasib Modernland (MDLN) di Tangan Pemegang Obligasi

Sekedar informasi, mengutip dari keterbukaan informasi (3/7), TELE akan mengadakan Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) untuk Obligasi berkelanjutan I Tiphone Tahap II tahun 2016 seri C dan obligasi berkelanjutan I Tiphone Tahap III tahun 2017 seri B.

Dalam RUPO itu akan dibahas mengenai tanggal pelunasan pokok obligasi, serta besarnya tingkat bunga obligasi dan tanggal pembayaran bunga obligasi. Selain itu, akan dibahas juga mengenai hal-hal lain yang berkaitan dengan obligasi berkelanjutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×