Reporter: Riska Rahman | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Demi memperoleh dana segar lewat rights issue, tiga emiten meminta restu dari pemegang sahamnya lewat rapat umum pemegang saham (RUPS) hari ini, Rabu (29/11). Ketiga emiten ini adalah PT Fajar Surya Wisesa Tbk (FASW), PT Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI), dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN).
FASW dan BPFI berencana menerbitkan saham baru melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue, sementara FREN akan menerbitkan saham baru lewat penawaran terbatas obligasi wajib konversi (OWK) III.
Tujuan utama penggunaan dana hasil rights issue FASW yang akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 500 juta saham baru adalah untuk mengurangi jumlah liabilitas mereka. Hingga kuartal III-2017, total liabilitas FASW mencapai Rp 5,93 triliun.
Sementara itu, dana hasil rights issue BPFI akan digunakan untuk meningkatkan modal dan memperbesar aset. Hal tersebut dilakukan dengan membeli aset dan kewajiban perusahaan multifinance lain. Sayang, Presiden Direktur BPFI Markus Dinarto masih belum bisa menyebutkan nama perusahaan tersebut.
FREN akan menggunakan dana hasil OWK III dengan nilai total Rp 12 triliun untuk membiayai modal kerja, menyelesaikan kewajiban, dan belanja modal.
Analis Binaartha Parama Sekuritas M. Nafan Aji mengatakan, umumnya investor memperhatikan penggunaan dana hasil penerbitan saham baru tersebut. "Bila penggunaan untuk tujuan ekspansi bisnis biasanya investor akan lebih tertarik pada rights issue tersebut," ujar Nafan kepada KONTAN, Rabu (29/11).
Penggunaan dana bukanlah satu-satunya hal yang diperhatikan oleh para investor. Cermati juga price earning ratio (PER) emiten tersebut. Semakin murah PER-nya maka rights issue akan semakin menarik.
Adapun Nafan melihat, hasil rights issue BPFI dapat difokuskan untuk meningkatkan kegiatan di bidang pembiayaan konsumen. Sedangkan untuk rights issue FREN, dana hasil OWK III mereka bisa difokuskan untuk menyelesaikan segala kewajiban demi mengurangi rasio utang terhadap ekuitas alias debt to equity ratio (DER) yang berada di angka 4,03 kali pada kuartal ketiga tahun ini.
"Untuk FASW nampaknya kinerja mereka masih cukup baik. Pasalnya, sejauh ini demand terhadap kertas secara domestik masih besar sehingga mereka bisa mempertahankan pangsa pasar di Indonesia sebesar 30%. Ditambah lagi, produk mereka juga berhasil menebus pasar Tiongkok, Sri Lanka dan negara Timur Tengah lainnya," terang Nafan.
Hingga penutupan perdagangan Rabu (29/11), saham FASW ditutup stagnan di level Rp 5.275 per saham. Harga saham BPFI pun tak bergerak di Rp 430 per saham. Harga saham FREN ada di Rp 50 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News