Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan indeks Kompas100 tampak tertinggal dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sementara IHSG menguat 3,28% sejak awal tahun hingga Jumat (18/7), indeks Kompas 100 justru terkoreksi 3,90%.
Mengutip data Bloomberg, Minggu (20/7), saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) tampak menjadi pemberat laju indeks Kompas100 dengan penurunan harga masing-masing sebesar 10,24% dan 8,48% sejak awal tahun (year to date/YtD). Keduanya menggerus 9,48 dan 7,39 poin indeks unggulan tersebut.
Saham PT Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) juga ikut merenggut poin indeks Kompas100 sebanyak 6,36 dan 6,09 poin dengan masing-masing penurunan harga 17,14% dan 20,01% YtD.
Baca Juga: IHSG Diprediksi Fluktuatif di Perdagangan Senin (21/7), Simak Rekomendasi Analis
Di kurun waktu yang sama, saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) justru jadi penguat indeks tersebut dengan harga yang meroket sebesar 145,65% dan 25,41%. Terhadap indeks Kompas100, mereka menyumbang masing-masing 20,17 dan 10,63 poin.
Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) juga menambah 7,77 dan 7,06 poin pada indeks Kompas100 sebab harga keduanya sudah naik 104,45% dan 10,26% sejak awal tahun.
Adapun sejak sepekan terakhir, yang menahan laju indeks Kompas100 ialah TPIA dan PT Amman Mineral International Tbk (AMMN) imbas koreksi harga sebanyak 6,23% dan 4,46%. Keduanya meraibkan poin indeks Kompas100 sebanyak 3,41 dan 2,88 poin.
Di sepekan terakhir ini saham BBCA dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) juga ikut melibas 0,99 dan 0,53 poin indeks Kompas100 dengan penurunan harga sebesar 1,17% dan 3,21%.
Baca Juga: IHSG Rawan Terkoreksi pada Perdagangan Senin (21/7), Cek Rekomendasi Saham Berikut
Sebaliknya, indeks Kompas100 dalam sepekan terakhir terbantu oleh saham BRPT dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) lantaran harga keduanya naik 7,62% dan 15,79% atau menambah 2,41 dan 2,22 poin pada indeks Kompas100.
TLKM dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga ikut menyumbang sebanyak 2,20 dan 1,85 poin sebab harga keduanya terangkat 2,97% dan 2,12%.
Menurut VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi, hingga Jumat (18/7), kapitalisasi pasar indeks Kompas100 mencapai Rp 7.137,33 triliun atau mengambil porsi 54,5% terhadap kapitalisasi pasar IHSG secara keseluruhan.
Bobot terberat dihasilkan oleh BMRI yakni sebesar 9,28%, BBCA 9,27%, dan BBRI 7,31%.
Namun berdasarkan hasil bedah terhadap konstituen indeks Kompas100, Audi menyoroti adanya potensi dominasi saham-saham konglomerasi dengan total bobot sebesar 34,6% di indeks Kompas100.
Di sini, bobot emiten yang terafiliasi grup Djarum menyumbang seberat 9,72%, disusul dengan grup Astra sebesar 7,06%, Grup Barito 6,61%, dan Grup Salim 5,88%.
Baca Juga: Kinerja Emiten Kuartal II-2025 Jadi Penentu Arah IHSG
Sementara itu bila bobot grup Triputra, Grup Bakrie, Grup Sinarmas, Grup MNC, Grup Lippo, dan Grup Saratoga dijumlahkan, mereka menyumbang kurang dari 3% terhadap bobot emiten-emiten konglomerasi tersebut di indeks Kompas100.
Senada, Praktisi Pasar Modal sekaligus Founder WH-Project William Hartanto juga melihat saham-saham yang terafiliasi konglomerasi tampak mulai dominan menggerakkan pasar.
“Terlihat sekali euforia pasar yang terjadi selalu ada peran dari pergerakan saham-saham konglomerasi ini dan market cap dari saham-saham ini terus meningkat seiring kenaikan harga,” terang William.
Melansir Statistik Bursa Efek Indonesia dalam sepekan ini (14-18/7), harga saham Grup Barito yang terafiliasi konglomerat Prajogo Pangestu seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan BRPT telah melesat 31,15% dan 25,56%.
Market capitalisation free float (MCFF) keduanya mencapai Rp 124,47 triliun dan Rp 57,61 triliun.
Tak cuma mereka, harga saham PT Dian Swastika Sentosa di bawah naungan grup Sinar Mas juga naik 22,18% pekan ini, dengan MCFF mencapai Rp 103,38 triliun.
Harga saham terafiliasi grup Harita yakni PT Cita Mineral Investindo Tbk (CDIA) bahkan meroket 143,75% dengan MCFF yang saat ini sebesar Rp 12,17 triliun.
Baca Juga: IHSG Naik 3,75% Sepekan, Intip Saham-Saham Paling Cuan Hingga 18 Juli 2025
Lain halnya dengan saham-saham blue chips seperti BMRI, BBCA, dan AMMN yang menjadi pemberat IHSG pekan ini. Harga BMRI sudah turun 4,63%, BBCA 2,32%, dan AMMN 4,18%. MCFF ketiganya saat ini sebesar Rp 108,34 triliun, Rp 124,47 triliun, dan Rp 103,38 triliun.
Menurut Fath, kinerja emiten-emiten blue chips penghuni indeks Kompas 100 memang tengah terpuruk seiring ketidakpastian ekonomi domestik dan global.
Dampaknya, dana asing telah kabur sebanyak Rp 59,80 triliun sejak awal tahun berjalan ini.
Kata Fath, Indeks Kompas100 baru akan kembali menghijau apabila arus dana baik dari lokal maupun asing mulai deras ke saham blue chips karena saat ini valuasi perusahaan-perusahaan itu sudah tergolong cukup atraktif.
Kepastian pemangkasan suku bunga bank sentral AS, The Fed, akan menjadi salah satu pemicu untuk inflow tersebut kembali ke saham-saham blue chips.
Baca Juga: IHSG Tengah Bullish, Kinerja Emiten Kuartal II-2025 Jadi Penentu Arah Selanjutnya
Sementara ini, Fath menaksir, saham-saham konglomerasi akan kembali mendominasi pergerakan indeks pekan depan.
“Probabilitasnya besar saham-saham konglomerasi masih menjadi penopang indeks dikarenakan flow masih terlihat cukup besar ke saham-saham tersebut,” ucap Fath.
William juga sepakat. Selain itu, dia menaksir indeks Kompas100 akan bergerak stagnan ke depannya seiring dengan kinerja saham unggulan Kompas 100 yang bergerak sideways dan dalam tren melemah.
Sedangkan Audi melihat, indeks Kompas100 dilihatnya akan bergerak positif ke depan meski didominasi oleh emiten konglomerasi.
Baca Juga: Sentimen Lokal dan Global Mendorong IHSG Menguat 3,75% Dalam Sepekan
Alasannya, dia menilai saham-saham konglomerasi menguasai sektor strategis, seperti perbankan, konsumer, energi dan otomotif. Selain itu, Audi juga melihat kinerja mereka cukup solid dan stabil.
Kinerja solid ini menurutnya berpotensi berlanjut apalagi pasar baru saja disuguhi pemangkasan suku bunga Bank Indonesia dan meredanya tekanan kebijakan eksternal dan geopolitik.
Selanjutnya: Pembiayaan BCA Syariah Tumbuh 18,2% hingga Juni 2025
Menarik Dibaca: Samsung Z Fold 6 dengan Layar Dua Mode, Bisa jadi Smartphone Sekaligus Tablet
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News