Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kinerja PT Indosat Tbk di paruh pertama ini terlihat menggembirakan. Laba bersih emiten berkode saham ISAT mencapai Rp 226,28 miliar. Padahal, pada semester I-2013, ISAT menderita rugi bersih Rp 231,15 miliar. Padahal, pendapatan ISAT justru turun 0,81% menjadi Rp 11,61 triliun.
Keuntungan ISAT diraih karena laba selisih kurs Rp 252,4 miliar. Angka ini melonjak dari rugi selisih kurs Rp 391,99 miliar. Analis Indo Premier Securities Chandra Pasaribu, dalam riset 9 September, menyebutkan, hasil kinerja ISAT sangat buruk.
"Keuntungan ISAT diraih karena penjualan saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dan keuntungan selisih kurs," ujar dia. Sementara itu, ISAT justru masih membukukan kenaikan biaya operasi, beban umum, dan beban penjualan. Ini karena modernisasi jaringan yang berjalan lambat. "Meskipun modernisasi jaringan di Jawa telah selesai, Indosat belum bisa menghasilkan pendapatan dari situ," ujar Chandra.
Modernisasi jaringan di Jawa seharusnya kelar di akhir 2013. Namun, ISAT baru menyelesaikan di Juni 2014. Analis Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menilai, kinerja Indosat melambat karena masih memperkuat jaringan.
Tahun ini, ISAT gencar memodernisasi jaringan di 24 kota. Proses ini akan terealisasi dalam tiga tahap. Pertama, di tujuh daerah di Jawa, seperti Jabodetabek, Bandung, Sukabumi, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali. Tahap kedua, kota di Sumatra dan Kalimantan.
Tahap ketiga, kembali di Jawa. Jika tak ada aral melintang, modernisasi akan dilakukan di sembilan kota satelit akhir tahun ini. Chandra memproyeksikan, modernisasi jaringan ISAT di tahap kedua bakal memakan waktu 12 bulan.
Modernisasi jaringan dilakukan lantaran adanya teknologi anyar, yakni long term evolution (LTE) berbasis 4G. Selain itu, ISAT memperkuat jaringan 900 MHz . Untuk mendanai proyek ini, Indosat mengucurkan dana cukup besar, yakni 70%-80% dari total belanja modal. Tahun ini, ISAT menganggarkan belanja modal Rp 8 triliun-Rp 9 triliun.
Princy Singh, analis JP Morgan, dalam risetnya 24 Mei 2014, memproyeksikan, anggaran belanja modal ISAT dalam beberapa waktu ke depan akan tetap tinggi. Chandra menambahkan, sampai semester I tahun ini, ISAT telah menggunakan belanja modal Rp 3,3 triliun. Itu berarti, ISAT baru memakai 36,67%-41,25% dari total anggaran belanja modal.
"Saya yakin belanja modal ISAT akan dijaga di level tersebut karena ISAT masih harus modernisasi jaringan di luar Jawa," ujar Chandra. Namun, dia melihat, kemampuan ISAT untuk memperbesar dana untuk ekspansi akan semakin sempit. Sebab, jika ISAT terus menggunakan utang untuk ekspansi maka bisa memberatkan neraca keuangan.
Satu-satunya jalan bisa ISAT gunakan adalah divestasi menara. Chandra memperkirakan, pendapatan ISAT tahun ini naik menjadi Rp 25,23 triliun dari 2013 Rp 23,85 triliun. Adapun, laba bersih mencapai Rp 37 miliar, berbalik dari rugi Rp 2,78 triliun pada 2013.
Chandra dan William merekomendasikan hold. Chandra menargetkan harga ISAT di Rp 4.330 dan William di Rp 4.300. Adapun, rekomendasi Singh, neutral dengan target harga di Rp 4.070. Rabu (10/9) harga ISAT turun 2,71% ke Rp 3.950 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News