kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Per September, kinerja reksadana campuran paling rendah


Rabu, 03 Oktober 2018 / 20:37 WIB
Per September, kinerja reksadana campuran paling rendah
ILUSTRASI. Reksadana Campuran


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang September 2018, kinerja reksadana campuran yang tercermin dalam Infovesta Balanced Fud Index tercatat berkinerja paling buruk.

Berdasarkan data Infovesta Utama, indeks tersebut mencatatkan penurunan 0,44% di periode September 2018. Kinerja tersebut sedikit lebih buruk dari kinerja reksadana saham yang tercermin di indeks Infovesta Equity Fund Index yang minus 0,40% di periode yang sama.

Head of Research & Consulting Service Infovesta Utama, Edbert Suryajaya mengatakan biasanya kinerja reksadana campuran selalu lebih tinggi dari reksadana saham. Bila saat ini kinerja reksadana campuran justru lebih rendah dibanding reksadana saham, itu lebih disebabkan karena dilihat secara periode pengamatan yang hanya di satu bulan saja.

Memang, sejak awal tahun hingga September 2018 kinerja reksadana campuran turun 3,55%. Sementara, penurunan kinerja indeks reksadana saham lebih dalam, yaitu minus 5,60%.

"Biasanya ketika periode pengamatan agak nanggung, reksadana campuran lebih lambat merespon dari pada reksadana saham," kata Edbert, Rabu (3/10).

Misalnya, ketika indeks ada rebound di September 2018, reksadana saham lebih cepat merespon sehingga kinerja bisa lebih baik dari kinerja reksadana campuran. "Memang sama-sama terjadi kenaikan tetapi reksadana campuran naiknya lebih landai dari pada reksadana saham, sehingga reksadana saham di bulan lalu terlihat kinerjanya paling jelek," kata Edbert.

Mengenai proyeksi reksadana campuran, Edbert mengatakan outlook reksadana ini mirip dengan pergerakan pasar saham dan pasar obligasi yang juga dijadikan aset. Edbert mengatakan fluktuasi di kedua pasar tersebut masih akan tinggi karena faktor negatif masih mengahtui, yakni penguatan dollar AS dan perang dagang AS dan China yang semakin memanas.

"Seiring dengan keberhasilan AS melakukan kesepakatan NAFTA dengan Kanada dan Meksiko membuat AS memiliki daya tawar yang lebih tinggi pada negosiasi selanjutnya dengan China," kata Edbert.

Tak ketingglan, di akhir tahun The Fed masih berpotensi menaikkan tingkat suku bunga acuannya dan tentu hal ini menjadi faktor negatif bagi kinerja reskadana campuran.

"Belum ada faktor positif yang bisa mendorong kinerja reksadana campuran hingga akhir pekan," kata Edbert.

Sebelumnya, Infovesta Utama sempat memproyeksikan pertumbuhan kinerja reksadana campuran hingga akhir tahun tak jauh berbeda dengan pertumbuhan reksadana saham di sekitar 1%-2%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×